Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut

Rasulullah SAW dengan sahabat-sahabatnya Abu Bakar Ash Shiddiq r.a., Umar bin Khattab r.a., Utsman bin Affan r.a., dan ‘Ali bin Abi Thalib r.a. bertamu ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali r.a. istrinya Fathimah Az Zahra r.ha. putri kesayangan Rasulullah SAW menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut ikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (Mangkuk yang cantik, madu yang manis, dan sehelai rambut).

Abu Bakar Ash Shiddiq r.a berkata, “iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut”.

Umar bin Khattab r.a berkata, “kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Utsman bin Affan r.a. berkata, “ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber’amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Ali bin Abi Thalib r.a berkata, “tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Fathimah Az Zahra r.ha. berkata, “seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Rasulullah SAW berkata, “seorang yang mendapat taufiq untuk beramal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, beramal dengan amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Malaikat Jibril AS berkata, “menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Allah SWT berfirman, ” Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.
 

Membaca Quran Tanpa Wudhu

Membaca Quran Tanpa Wudhu

Pertanyaan:


Ustadz, Bagaimana hukum nya membaca Quran tanpa berwudhu?

Hamba Allah


Ugik


Jawaban:

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Para ulama membedakan antara membaca al-Qur?an tanpa memegang mushaf dan membacanya dengan memegang mushaf. Jika sesorang ingin membaca Al-qur?an dengan memegang mushaf, maka Sebagian besar ulama mensyaratkan orang yang akan membaca Al-Qur?an tersebut harus dalam keadaan suci baik suci dari hadats kecil maupun hadats besar. Ini dilakukan sebagai penghormatan kepada al-Qur?an yang merupakan Kalamulloh. Di samping itu ada sejumlah dalil yang menjadi pegangan mereka;

Firman Alloh SWT: ?Tidak ada yang menyentuhnya kecuali mereka yang disucikan? (al-Waqi?qh 79)

Dan dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW mengirim surat kepada penduduk Yaman, di antara isinya adalah: ?Tidak ada yang menyentuh Al-Qur?an kecuali orang yang suci?(ad-Daruquthny 1/122) dan dalam riwayat Imam Malik disebutkan ?Hendaklah tidak menyentuh Al-Qur?an kecuali orang yang suci? (Al-Muwatha 1/199)

Namun demikian, ada juga pendapat yang menyatakan jika seseorang memiliki hadats ashgor (tidak berwudhu/tayammum)ia dibolehkan untuk membaca Al-qur?an sambil memegang mushaf. Pendapat ini dipegang oleh Ibnu Abbas, Sya?by, ad-Dhahhak, Hadawiyyah, Daud ad-Dzhohiry.

Mereka mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan al-mutathohirun dalam ayat di atas adalah para malaikat. Karena dhomir ?hu? yang terdapat dalam ayat tersebut merujuk kepada Al-Qur?an yang ada di Lauhul Mahfudz.

Adapun hadits yang menjadi landasan kelompok yang tidak membolehkan membaca Al-Qur?an kecuali dalam keadaan suci, mereka katakan bahwa hadits-hadits tersebut di atas tidak bisa dijadikan hujjah karena ada perawinya yang diperselisihkan dan juga munqathi (terputus sanadnya) (Nailul Authar 1/319-321)

Jadi kalau melihat perbedaan ulama di atas, ada kebolehan seseorang yang tidak memiliki wudhu untuk membaca Al-Qur?an. Namun demikian alangkah lebih baik, jika seseorang yang akan membaca Kalamulloh tersebut ada dalam kesucian. Karena hal tersebut di samping merupakan suatu ibadah, juga akan lebih mendorong kita untuk mentadabburi bacaannya.

Sedangkan membaca Al-Qur?an tanpa memegang mushaf, maka hal tersebut diperbolehkan oleh jumhur ulama tanpa harus dalam keadaan suci.

Wallahu a‘lam bishshowab.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb
 

Jalan kehidupan saya

Terdampar tak bertepi, kericuhan hati yang tak menetramkan, kekesalan dan kekewaan seringkali menghiasi lembaran –lembaran hari-hariku saat ini. semangat yang dulu pernah berkobar, kini harus berhadapan dengan semangat yang loyo dan tanpa arah. Betapapun kesabaran ini mudah-mudahan masih membekas dalam diri ini, sehingga dengannya keresahan, kerincuhan, kekesalan dan kekecewaan bisa teratasi dengan baik. Mungkinkah hanya sabar yang bisa membungkam itu semua?
Tetapi, apakah saya harus termenung, diam, dan mencoba ‘hanya memelas dada’ melihat keburaman ini? apakah saya harus terdiam pahit melihat kenyataan ini? Sungguh apalah artinya keimanan ini jika hanya bisa melihat dan mendengar dengan nanar dan naas, melihat ketidak sadaran sahabat-sahabat saya yang asyik dengan kesibukannnya masing-masing. Asyik dengan amal-amalnya, asyik berdakwah kesana-kemari, menyebarkan fikrah yang diyakini kebenarannya.
Akan tetapi, adakah mereka mempunyai keimanan yang tidak pernah surut? Adakah mereka merasakan bahwa amal-amal mereka tidak menyentuh masyarakat, sehingga tumpulah apa yang diusahakan untuk mereka? Berarti, ada yang salah pada diri kita. Demi Allah, janganlah kita mengurangi amal-amal umat, karena melihat surutnya amal kita, tetapi bukan karena amal-amal itu melainkan karena diri kita sendiri.
Bagai terjebak dalam lingkaran kelalaian, wilayah ketidaksadaran itu memberhangus jiwa yang selalu sadar. Hingga, ketika mereka sadar, kesadarannya pun hanya sesaat. Pernah mereka ingin mengerutkan dan menelusuri kesadaran itu, tetapi niat mereka tidak pernah rampung, nafas mereka habis ditengah jalan, pikiran ketidak sadaran mereka liar yang dnegan dipenuhi nafsu mereka berontak. Sehingga mereka kembali pulang ke kampung halaman ketidak sadaran itu. lebih senang berada dalam zona aman daripada memaksa diri untuk berhijrah ke zona ketidaknyamanan. Padahal, tidak pernah ada orang-orang yang sukses yang hidupnya hanya berada di zona aman itu. dari dulu, sampai sekarang dan akan datang pun!
Mencoba untuk menyadarkannya, membantu untuk menemukan setiap masalah-masalah yang dihadapi oleh teman-teman adalah komitmen saya. Karena sungguh, ketiadaan teman dalam berjuang sangat melelahkan, sangat membosankan, dan sangat tidak bergairah. Pertemanan adalah keniscayaan. Akan tetapi, bagaimana jika teman yang telah terpilih kemudian menjadi tidak sadar akan kelalaiannya. Kelalalaian yang justru Allah dan Rasul-Nya menghinakannya? Mungkinkah saya akan bisa berjuang, sedang kelalaian dan kesadaran tidak mungkin berada dalam satu tempat dan satu fase waktu. Tidak akan pernah bisa mencapai target-terget yang kita canangkan sedang kita malah dipersulit oleh penyatuan jiwa antara sadar dan kelalaian ini. sungguh. Nanti kita akan menemukan banyak hal yang ganjil tentang amal kita, bahkan kita akan terfokus dengan penyamaan diri kita daripada fokus ke target.
Maka, keteguhan sayapun harus diuji disini. Komitmen akan penyadaran harus saya temukan disini. Tetapi kadangkala saya berhenti ketika memikirkan hal ini. sebuah resiko. Resiko yang sungguh saya tidak bisa bermain logika disini, karena ini adalah hak Allah, dan saya tidak boleh melanggarnya. Resiko itu menggambarkan sebuah tendangan, sebuah cacian dan sebuah penghinaan yang sangat nyata. Tetapi setelah sesaat merenungi pemikiran itu sambil terus mengingati hujjah –hujjah, maka saya simpulkan bahwa saya tidak boleh berhenti untuk itu.
Banyak sekali orang yang sadar karena sesuatu. Ada yang tersadar oleh alam, ada yang tersadar oleh musibah, ada yang tersadar oleh Al-Qur’an dan Hadist bahkan banyak juga ada yang terdasar oleh teman masing-masing.
Tersadar oleh teman itu membutuhkan kekuatan. Kekuatan yang bersumber dari cinta kasih, kebaikan, kerinduan, dan penyatuan jiwa. Tanpa kekuatan itu, ia akan cacat seumur hidupnya. Kekuatan itu kemudian membungkus dari dan jiwanya sehingga kuat dan kebal menghadapi resiko yang akan terjadi. Ia merasakan bahwa saat ini ia fokus dengan teman yang terlalaikan itu, ia menangkis serangan pikiran dirinya sendiri tentang ajakan yang berupa pertanyaan,” lalu, bagaimana dengannmu, kamu akan tersakiti, tersiska, dan hati kamu akan membara dengan tuduhan-tduhan yang mereka lancarkan. Sudahlah, susah untuk menyadarkannya, lebih diam saja dan berdoa saja. Biarlah Allah yang mengurusinya. Karena dengan berdo’a, sungguh kamu sudah berbuat sesuatu dengannya.” Namun, pertanyaan itu saya sangkal, “ Biarlah saya tersakiti, tersiksa dan apapun yang dia tuduhkan atas saya. Biarlah saya menikmati ini. sungguh saya lebih sakit dan kecewa jika ketika kita berjalan, berjuang bersama, namun sejatinya kita bermusuhan. Karena tidak mungkin sadar berteman dengan kelalaian. Adalah lebih membuat menderita jika saya harus menahan getir perasaan yang ingin membuncah ini. Sungguh saya tidak suka untuk mematikan penahanan deraian air mata ini jika tidak tahan. Karena saya mempunyai harapan yang kuat. Yaitu saya merindukan bahwa kelak suatu saat dia menjadi sadar yang kembali menyatu dengan jiwa saya untuk berjuang bersama-sama lagi. Biarlah kapan dia akan tersadar, hari ini atau yang akan datang. Bagiku itu tidak penting. Yang penting mudah-mudahan Allah membukakan hatinya untuk kembali tersadar dan kembali mengasah kapak keimanan dia sendiri. Dan sungguh, saya merindukan itu.”

Dan memang, hujatan, kekesalan, dan kebakaran jenggot dia menampar hatiku. Munculah panas, tidak bergairah, dan muncul pula nafsu yang ingin bergejolak. Biarlah mereka semua muncul, tetapi saya akan coba mengendalikan nafsu itu. nafsu itu sangat berbahaya bagi saya. Sok memvonis, sok lebih baik, sok lebih bersih muncul terus memerangi saya. Tiada habis. Tidak pernah beristirahat dari hujatan itu. karena bukan hatinya yang berperang, bukan dirinya yang menyerang, sekali lagi bukan. Tetapi yang menyerang adalah nafsunya yang dikendalikan syetan. Merekalah yang menyerangnya.
Mungkinkah ia akan menerima dengan hati ketika saya lari-lari kemudian berteriak lantang membangunakan dia yang lagi tertelap tidur dan terbuai dengan mimpinya sedang rumahnya terbakar dengan api yang sangat besar? Apakah dia akan menerima teriakan saya sebelum dia mengetahui bahwa rumahnya terbakar api? Tentu tidak....dia akan marah dan segera melancarkan hujatannya kepada saya karena dia merasa dibangunkan dengan paksa dan membuyarkan mimpi-mimpi indahnya.
Maka, dia akan meminta maaf dan sangat berterimakasih dengan setinggi-tingginya jika ternyata ia mengetahui bahwa ada bahaya yang sedang mengancamnya. Ada api yang siap melahapnya. Bahkan iapun akan mengatakan,’ terimakasih, sungguh kamu telah menyelamatkan saya. Saya berhutang budi besar kepada kamu.’

Allah,,,
Berilah saya kekuatan,
Perbaharuilah kapak keimananku,
Terangilah jalan-jalan saya yang amat buram dalam pandangan saya,
Dan berilah kesadaran diatas kesadaran atas saya, teman saya dan kepada manusia seluruhnya.
Sungguh, saya mencintai mereka layaknya saya mencintai diri sendiri...
 

Ghuraba

Kita sering mendengarkan murattal dengan Qari` Sa’ad al Ghamidi. Para aktivis Islam era-80-90an mengenal beliau selain sebagai seorang Qari` yang cukup digemari juga adalah seorang munsyid, dengan nasyid bertema jihadi dan tanpa alat musik. Dua nasyid yang paling saya gemari adalah nasyid Ukhuwatuddin dan Ghuraba`, keduanya dari album ad-Damam. Berikut lirik nasyid ghuraba, nasyid yang selalu membuat hati tergetar dan rindu dengan suasana keislaman yang kental dengan perjuangan.

Laisal gharibu huwalladzi faraqad diyara wadda’al aan
Walakinnal ghariba huwalladzi yajiddu wan naasu min haulihi yal’abun
Wa yash-hu wan naasu min haulihi yanaamun
Wa yasluku darbal khairi wan naasu fii dhalalihim yatakhaththathun
Wa shadaqasy syaa’iru idz yaquul:
Qaala lii shahiibun araaka ghariiba
Baina haadzal anaami duuna khaliili
Qultu, kalla! Balil anaamu ghariibun, ana fii ‘aalami wa haadzihi sabiilii
Haadza huwal ghariib: Ghariibun ‘indal ‘aabitsiina minal basyar
Walakinnahu ‘inda rabbih, fii maqaamin kariim

Bukanlah orang asing itu mereka yang berpisah dari negeri
mereka dan mengucapkan selamat tinggal sekarang
Tapi orang asing itu ialah mereka yang tetap serius dikala manusia di sekelilingnya asyik bermain-main
Dan tetap terbangun ketika manusia disekelilingnya asyik tidur dengan lenanya
Dan tetap mengikuti jalan lurus dikala manusia dalam kesesatannya tenggelam
tanpa arah

Dan betapa benarnya sebuah syair ketika dia berkata
Berkata kepadaku para sahabat, ‘aku melihatmu sebagai orang
asing’
Di antara orang banyak ini engkau tanpa teman dekat
Maka aku berkata, sekali-kali tidak! Bahkan orang banyak
itulah yang asing, sedang aku berada di kehidupan dan inilah jalanku
Inilah orang asing itu
Asing di sisi mereka yang hidup sia-sia di antara manusia
Tetapi disisi Rabb-nya, mereka berada di tempat yang mulia

Ghurabaa`, ghurabaa`,
ghurabaaa` ghurabaa`
Ghurabaa`, ghurabaa`,
ghurabaaa` ghurabaa`

Ghurabaa` wa li ghairillaahi laa nahnil jibaa
Ghurabaa` war tadhainaa haa syi’aaran lil hayaah
Ghurabaa` wa li ghairillaahi laa nahnil jibaa
Ghurabaa` war tadhainaa haa syi’aaran lil hayaah

Ghurabaa`, dan kepada selain Allah mereka takkan menunduk
Ghurabaa`, dan mereka telah rela Ghurabaa` sebagai syi’ar dalam kehidupan
Ghurabaa`, dan kepada selain Allah mereka takkan menunduk
Ghurabaa`, dan mereka telah rela Ghurabaa` sebagai syi’ar dalam kehidupan

In tasal ‘anna fa inna laa nubaali bith-thughaat
Nahnu jundullaahi dauman darbunaa darbul-ubaa
In tasal ‘anna fa inna laa nubaali bith-thughaat
Nahnu jundullaahi dauman darbunaa darbul-ubaa

Jika engkau bertanya tentang kami, maka kami tak peduli terhadap para taghut
Kami adalah tentara Allah selamanya, jalan kami adalah jalan yang sudah tersedia
Jika engkau bertanya tentang kami, maka kami tak peduli terhadap para taghut
Kami adalah tentara Allah selamanya, jalan kami adalah jalan yang sudah tersedia

Lan nubaali bil quyuud, bal sanamdhii lil khuluud
Lan nubaali bil quyuud, bal sanamdhii lil khuluud
Fal nujaahid wa nunaadhil wa nuqaatil min jadiid
Ghurabaa` hakadzal ahraaru fii dunyal ‘abiid
Fal nujaahid wa nunaadhil wa nuqaatil min jadiid
Ghurabaa` hakadzal ahraaru fii dunya-al ‘abiid

Kami tak peduli terhadap rantai para taghut, sebaliknya kami akan terus berjuang
Kami tak peduli terhadap rantai para taghut, sebaliknya kami akan terus berjuang
Maka marilah kita berjihad, dan berperang, dan berjuang dari sekarang
Ghurabaa`, dengan itulah mereka merdeka dari dunia yang hina
Maka marilah kita berjihad, dan berperang, dan berjuang dari sekarang
Ghurabaa`, dengan itulah mereka merdeka dari dunia yang hina

Kam tadzaakarnaa zamaanan yauma kunna su’adaa`
Bi kitaabillaahi natluu-hu shabaahan wa masaa`
Kam tadzaakarnaa zamaanan yauma kunna su’adaa`
Bi kitaabillaahi natluu-hu shabaahan wa masaa`

Betapa sering saat kita mengenang hari-hari bahagia kita
Dengan Kitabullah kita membaca, di pagi hari dan di sore hari
Betapa sering saat kita mengenang hari-hari bahagia kita
Dengan Kitabullah kita membaca, di pagi hari dan di sore hari

Qaala Rasulullahi Shallallaahu ‘alaihi was Sallam
Bada-al Islamu ghariiban wa saya’uudu ghariiban kamaa bada-a
Fathuuba lil ghurabaa`

Bersabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi was Sallam
Islam itu bermula dari asing, dan akan kembali asing seperti mulanya
Maka beruntunglah orang-orang yang asing
 

Saya pun harus belajar dari tikus

Dan sayapun harus belajar dari tikus.

Rasanya, hewan yang pernah saya temui dan yang paling saya takutkan adalah tikus. Pasalnya, setiap kali saya melihatnya, tubuh saya gemetar dan saya langsung mengeluarkan ekspresi. Entah berteriak keras atau lari. Namun, agaknya saya diuji oleh Allah atas kesabaran ini, karena di rumah sendiri banyak sekali tikus yang membuat stres keluarga saya, termasuk saya. Tikus itu mengganggu dan mengusik ketenangan yang ada di rumah.
Barangkali kita juga menemukan mereka di rumah masing-masing. Dan tentunya kita semua akan sepakat untuk mengusir tikus itu. Namun, tikus akan selalu ada dan tetap ada selama ada rumah di dunia ini. Mungkinkah Allah mengirim tikus ke rumah kita untuk menguji dan supaya kita mencari hikmah dibalik nama tikus itu. Ya, karena Allah tidaklah mungkin menciptakan sesuatu dengan sia-sia.
"....Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S Ali Imran : 191)

Di rumah saya tikus mnguasai daerah dapur dan ruang makan. Mereka akan beraktifitas pada malam hari hingga siang. Saya bisa melihat itu karena jejak yang mereka buat. Ada banyak kotoran-kotoran tikus ada disana-sini, banyak sesuatu yang berserakan di lantai, entah plastik makanan, maupun makanannya sendiri. Dan memang itulah pekerjaan mereka. Mereka amat gemar melakukannya. Makanya, makanan pada ditutup rapat-rapat; piring-piring, sendok, dan alat makan sedapat mungkin dibungkus ataupun ditaruh dilemari yang rapat supaya tikus tidak bisa membuat kita harus berpikir ulang untuk memakainya sebelum saya cuci ulang lagi, takut alat-alat itu disentuh ataupun dijilati oleh tikus itu. Betapa banyak makanan yang saya lupa untuk menyimpannya raib begitu saja, atau indomie yang saya ketika saya dalam keadaan darurat lapar ternyata bunkusnya sudah robek digigit tikus bahkan sampai ke mie-nya juga. Ada juga tempat nasi di rumah yang saya lupa untuk menutupnya terkena kotoran tikus yang panjang kecil-kecil ukuran kira –kira 1-2 cm. Dan seabrek sesuatu yang menjadi jejak yang ditinggalkan oleh tikus itu.
Umiku, mencoba mencari akses masuk tikus itu. Ternyata dipojok dapur ada yang berlubang yang menghubungkan ke bagian atap rumah. Karena tempat itulah sarangya tikus. Maka, ummi menutup yang berlubang itu, pertama memakai plastik atau kain. Tetapi ternyata, besoknya terbuka kembali. Bahkan kain itu disobek-sobek. Saya juga semakin tidak mengerti dengan itu. Ummi mencoba untuk menutup dengan menambal dengan kayu triplek. Namun apa yang terjadi? Itu juga dilubangin kembali. Saya semakin heran dengan keadaan itu. Dan yang kesekian kalinya umi menutup itu dengan ‘seng’, tetapi apa lagi yang terjadi? Alhamdulilah selama beberapa hari tikus tidak bisa masuk. Tetapi hari berikutnya tikus kembali membuat jejak di dapur dan ruang makan saya. Mereka para tikus tidak bisa melubangi ‘seng’ karena memang susah, tetapi mereka bertindak lain. Melubangi tempat lain!!!!. Alhasil, banyak lubang sana- sini. Ummi semakin putus asa dibuatnya. Apalagi saya, saya hanya berani untuk lari atau teriak saja kalau ada tikus. Yang meng’eksekusi’ tikus biasanya ummi saya dan adik saya Dzikri namanya.
Dan sekarang tikus mulai menguasai daerah ruang utama rumah saya. Ruang keluarga dan ruang tamu. Bahkan mungkin ke daerah kamar. Sebab, hari-hari terakhir saya mendapati di lantai ada kumpulan ‘neon’ yang sengaja saya kumpulkan ditaruh di atas pintu masuk dapur ternyata jatuh pdan pecah semua. Dan di dekat tv ada kotoran tikus yang bisa dipastikan itu kotorannya. Tikus itu mulai ingin menguasai daerah itu. Malang memang nasib saya, pasalnya dirumah kini hanya ada 2 orang penghuni, saya beserta adik saya. Selain itu pindah ke rumah kakek karena sakit-sakitan. Maka dari itu, saya harus tidak boleh diam dengan ‘kerjaan’ tikus itu. Saya harus melakukan sesuatu.
Dan akhirnya saya mulai berani untuk sekedar berteriak atau lari saja ketika ada tikus. Akses yang membuat tikus masuk ternyata dari ruangan mushala saya. Disampingnya ada pintu yang dulu buat masuk ke dapur daerah kekuasaannya. Tapi sekarang ditutup alias tidak dipakai lagi. Terrnyata, pintu itu dilubangi oleh tikus itu. Entah berapa lama mereka menlubanginya, karena pintu itu kan kuat. Kemudian saya menutupinya dengan disumbat yang berlubang itu dengan semacam kayu yang lunak. Namun besoknya ketika saya cek, kayu itu malah terjatuh. Dan memang tikus-tikus itu melakukan semuanya. Saya berpikir ulang, tadinya mau lebih ekstrim, namun tidak ada barangnya. Jadi saya menyumbat kembali dengan kain yang keras dan kuat. Dan sayapun berkata mudah-mudahan ini bisa menghambat dan membuat kapok tikus itu, yang akhirnya mereka tidak masuk lagi. Ternyata perkiraaan saya salah! Malah tikus itu membuat lubang lagi disampinya.!!!
Lantas kejadian itu mulai membuka kesadaran saya....
Adalah benar jika Allah menciptakan tikus itu bukan sia-sia, bukan main-main. Salah satunya adalah tikus itu mengajarkan saya sesuatu. Simpan dulu kerusakan yang ditimbukan oeh tikus itu. Sekarang saya akan berbicara tentang bagaimana saya belajar kepada tikus.
Tikus adalah hewan selalu optimis. Buktinya mereka bekerja tidak pernah putus asa ketika jalan yang mereka jalani dihadang, disumbat, ataupun ditutupi. Mereka akan terus mencari cara untuk menhancurkan sesuatu yang menghadangnya. Sayapun harus belajar dari tikus itu. Ketika saya memilih sesuatu jalan kehidupan, saya harus terus berada tetap dijalan itu walaupun banyak sesuatu yang menghalanginya. Sesuatu itu tidak lantas membuat saya pesimis dan berhenti, akan tetapi saya harus berpikir bagaimana caranya saya bisa menghancurkan itu.
Tikus mempunyai kesabaran yang sangat tinggi. Mereka begitu sabar dalam menjalankan misi tertentu. Mereka rela berlama-lama untuk membuat lubnag di pintu yang keras. Mungkin mingguan bahkan bulanan. Sayapun harus sabar dengan cita-cita yang saya kejar. Membutuhkan kesabaran yang ekstra. Karena kesabaran itu akan membuahkan hasil yang lebih indah daripada ketergesaan kita terhadap sesuatu.
Sayapun harus belajar kepada tikus tentang jalan alternatif bagi suatu jalan. Jika ternyata jalan itu benar-benar tidak bisa diakses lagi, maka tikus itu bukan diam dan berhenti. Malah dia tetap semangat mencari jalan yang lain. Maka, dibuatnya lagi lubang lain walau mereka berpayah- payah lagi dan akan memakan waktu yang sangat lama lagi. Begitupun dengan saya, jika benar-benar suatu harapan tidak bisa diperjuangkan lagi, maka saya harus mencari altenatif lain. Tetapi intinya harus tetap berpacu dengan harapan itu. Memutar balik jalam menuju harapan itu. Padahal jarak saya dengan harapan itu tidak sedikit lagi, maka saya harus memutar perjalanan saya, walau saya seolah-olah melakukan perjalanan itu dari nol lagi. Saya selalu teringatkan oleh perkataan yang mengatakan bahwa Allah tidak melihat hasil, tetapi Allah melihat prosesnya.
Dan masih banyak lagi sesuatu yang mengharuskan saya belajar dari tikus itu.

Saudarku...
Semua ciptaan Allah itu sekali lagi tidak sia-sia. Walaupun kelihatannya tidak mempunyai manfaat secara nyata, tetapi Allah memberikan manfaat secara batin. Maka, tidak da alasan lagi bagi kita untuk belajar dari manapun dan kapanpun. Kepada siapa saja, kepada apa saja. Kita tidak pernah akan terhina jika kita belajar pada siapapun, walaupun orang yang paling hina sekalipun.
Tetap belajar, dan tetap semangat!!!
 

daftar alamat RSS Feed

Berikut adalah daftar alamat RSS Feed yang bisa dijadikan sumber referensi Anda:
Situs Berita/Koran :
Republika Online
http://www.republika.co.id/rss/rol
KOMPAS Online
http://www.kompas.com/getrss/all
Surya Online
http://www.surya.co.id/feed/
Detik.com
http://rss.detik.com/index.php/detikcom
OKEzone.com
http://sindikasi.okezone.com/index.php/news/RSS2.0
Inilah.com
- Fokus Berita
http://www.inilah.com/rss/fokus/
- Politik
http://www.inilah.com/rss/politik/

Liputan6 – Berita Aktual
http://www.liputan6.com/feed/actual/
http://www.liputan6.com/feed/rss2/
Al-Jazeera English
http://english.aljazeera.net/Services/Rss/?PostingId=2007731105943979989
CNN Online
http://rss.cnn.com/rss/cnn_topstories.rss
Situs terkait Partai Keadilan Sejahtera :
PKS Sejahtera Pusat
http://www.pk-sejahtera.org/v2/rss/
8-pks (Desain Logo PKS Bagus)
http://8-pks.blogspot.com/feeds/posts/default
Situs Islam :
WarnaIslam
http://www.warnaislam.com/rss/
Eramuslim: Dunia Islam
http://www.eramuslim.com//berita/dunia/rss
Eramuslim: Ustadz Menjawab
http://www.eramuslim.com//ustadz-menjawab/rss
Eramuslim: Syariah
http://www.eramuslim.com//suara-langit/rss
Republika Koran :: Hikmah
http://feedproxy.google.com/KoranHikmah
Info Sains / Teknologi :
Techno.okezone.com
http://sindikasi.okezone.com/index.php/techno/RSS2.0
KOMPAS.com – Sains
http://www.kompas.com/getrss/sains
KOMPAStekno
http://www.kompas.com/getrss/tekno
Inilah.com Teknologi
http://www.inilah.com/rss/teknologi/

Read more: http://marcolausantosa.blogspot.com/2010/12/daftar-lengkap-alamat-rss-feed-situs.html#ixzz1GCVT5uHo
 

Duhai Penjaga Shalat

Suatu ketika, Abdul Aziz bin Warman mengutus anaknya Umar bin Abdul Aziz untuk pergi ke Madinah untuk menuntut ilmu. Abdul Aziz bin Marwan menulis surat kepada Ulama Madinah yang benar-benar dipercayainya. Namanya Sholeh bin Kisan. Isinya adalah tentang pengambilan sumpah setia agar beliau (Sholeh bin Kisan) menjaga anaknya, mendidiknya, dan memperhatikan dalam urusannya.
Umar bin Abdul Aziz pergi ke Ubaidilah bin Abdillah bin Atabah untuk belajar ilmu darinya. Sementara hal yang dilakukan oleh Sholeh bin Kisan adalah selalu memperhatikan tentang sholatnya.
Pada suatu hari, Umar bin Abdul Aziz terlambat dalam sholatnya. Kemudian Sholeh bin Kisan pergi mendatanginya dan berkata:” Apa yang menyebabkanmu terlambat Sholat?”
“Sisirku menyeimbangkan dan menyeimbangkan rambutku.” Jawaban Umar bin Abdul Aziz dengan nada menyesal.
Berdesir hati Sholeh bin Kisan. Begitupun dengan Umar bin Abdul Aziz. Jiwanya seakan-akan meringkih kesakitan dikarenakan masalah itu.
Tetapi Sholeh bin Kisan dengan cepat merubah perasaanya. Beliau marah. Marah karena keterlambatan itu.
“ Saya telah mendidikmu, apakah rambutmu rambutmu merepotkan sholatmu???”.
Selanjutnya Sholeh bin kisan memberitahukan kepada ayahnya perihal ini melalui sebuah surat. Setelah menerima surat itu, ayahnya melakukan sesuatu yang sangat bijak sekali dengan mengirimkan seseorang kepada anaknya. Ya, mengirimkan seorang tukang cukur untuk menggunduli anaknya. Supaya fitnah itu, tak akan pernah terjadi lagi. Supaya sisir rambut itu tidak akan perah lagi menjadikan shalat berjamaahnya terlambat.

Saudaraku...
Saya tidak bisa memikirkan bagaimana jika Abdul Aziz bin Marwan dan Sholeh bin Kisan hidup dizaman sekarang. Entah kesedihan apa yang akan bergemuruh didada mereka melihat orang-orang yang mengaku muslim lalai dari sholatnya. Jangankan mereka yang awam dalam masalah agama, bahkan seorang kiyai-pun seringkali melalaikan shalat. Alasan yang mereka kemukakan tidak mendasar dan tidak sesuai dengan syariat agama ini.
Sehabis saya mengisi materi pada acara maulid nabi SAW yang diadakan oleh GEMMA Syiarul Islam kuningan, saya langsung mengambil air wudlu karena setengah jam lagi adzan Dhuzur berkumandang. Saya berencana untuk menunggu Dzuhur dengan tilawah dan muroja’ah hafalan. Tiba-tiba datang seseorang laki-laki yang tepat disamping saya pada barisan shaf pertama. Sosok ini tidak seperti kita, itu bisa saya lihat dari kepincangan kaki kirinya. Kaki kirinya sangat pendek dan melengkung. Apalagi ketika orang itu sujud dan duduk dalam sholat, kaki kirinya ditekukan kedepan, sampai sejajar dengan tumit kaki kanan (ketika duduk tasyahud akhirnya, kaki kirinya berhadapan dengan telunjuknya tangan kanannya).
Tetapi sosok itulah yang selalu kurindukan. Sosok itulah yang selalu saya dapati ketika ada kesempatan berjamaah di mesjid SI itu. Ajaibnya, seolah-olah sosok itu selalu menjaga sholatnya. Pasalnya saya selalu mendapati sosok itu ketika disana. Ada seberkas rasa penasaran saya mengapa sosok itu selalu menjaga shalat berjam’aahnya di mesjid. Padahal, beliau itu cacat dan mungkin alasan kecacatan itu bisa menjadi keringanan dalam berjamaah di mesjid. Tetapi, saya tidak mendapatkan seperti. Dan memang tidak ada alasan untuk tidak berjama’ah di mesjid.

Dialog Rasullah SAW dengan seorang sahabat nabi yang buta, Abdullah bin ummi maktum mengajari kita tentang ketiadaan alasan untuk tidak shalat berjama’ah di mesjid.
Suatu hari, beliau mendatangi Rasulullah dengan kepayahan. Beliau berjalan dengan bantuan tongkat untuk sekedar ‘mensasar’ jalan. Keinginan untuk bertemu dengan rasulullah SAW itu amat kuat sekali, karen beliau mendengar kabar tentang kewajiban memenuhi seruan adzan itu. Setelah bertemu dengan Rasulullah, beliau berkata kepada Rasulullah tentang adakah keringanan untuk tidak sholat berjama’ah di mesjid baginya karena kebutaan yang ia alami. Lalu Rasulullah mengangguk dan mengiyakannya. Gembira hati Abdullah bin Ummi Maktum, ternyata ada Rukhsah (keringanan) baginya, hingga ia tidak perlu susah payah mengerjakannya. Ketika ia pamit pulang, ia berjalan sedikit demi sedikit menjauhi Rasulullah, ia pulang dengan hasrat yang begitu puas dengan jawaban yang di berikan oleh Rasullah itu.
Tapi, tiba-tiba Rasulullah memanggilnya kembali. Pikiran Abdullah bin Ummi Maktum buyar dan kaget. Tidak biasanya Rasulullah memanggil seperti ini. kemudian Rasulullah mengatakan,
“Apakah engkau mendengar adzan?”
“Iya Ya Rasul....” Jawab Abdullah.
Lalu sebuah jawaban melayang keras menghantam ke hati Abdulloh,
“Kalau begitu, penuhilan panggilan itu!!!”
Titik.
Rasa kemanusiaan Rasulullah tidak lantas melahirkan rasa iba dan cinta kepada sahabat yang satu ini. tapi, sungguh itu perintah Allah. Bukan lagi ketentuan Rasulullah dengan sendirinya. Maka dari itu, sudah selayaknya rasulullah mengenyampingkan rasa iba dengan tunduk dan taat pada perintah-Nya. Abdullah bin Ummi Maktum kemudian menerima sesungguhnya taat kepada Allah itu sebuah kewajiban. Iapun yakin bahwa kewajiban itu mengandung hikmah yang luarbiasa. Ia pun lalu menjalankan perintah itu dengan segenap kemampuannya.
@@@@@@@@@@@@@

Tidakkah engkau mendengar adzan itu saudaraku? Jika iya, mengapa engkau tidak segera menyambut seruannya? Seharusnya ketika mendengar adzan itu, segala kegiatan harus diberhentika terlebih dahulu dan segera menunaikan kewajiban shalat berjama’ah. Tetapi mengapa kebanyakan dari kita ‘cuek bebek’ mendengar adzan itu. Menganggap seperti pengumuman biasa. Melanjutkan kegiatan yang kita lakukan. Tidak segera menyambutnya. Lebih naas lagi ketika ada adzan mereka mengatakan, “Kok udah dzuhur lagi, cepet banget ya”. Ada pula yang segelintir orang yang mengaku orang-orang pesantren malah ketika mereka ada di mesjid, ketika mendengar adzan mereka malah pergi meninggalkan mesjid, dengan alasan baju mereka kotor. Itu adalah alasan yang dibuat-buat untuk mereka. Padahal kenapa mereka tidak shalat dulu, kan bajunya hanya kotor bukan najis. Itulah alasan mereka.

Sejenak mari melihat lagi tentang kewajiban shalat berjama’ah di mesjid bagi laki-laki
Tidak ada satu perkara pun yang melalaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari beribadah dan berbuat ketaatan. Apabila sang muadzin telah mengumandangkan azan; "Marilah tegakkan shalat! Marilah menggapai kemenangan!" beliau segera menyambut seruan tersebut dan meninggalkan segala aktifitas duniawi.

Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: "Aku pernah bertanya kepada 'Aisyah radhiyallahu 'anha: 'Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di rumah?' 'Aisyah radhiyallahu 'anha menjawab: "Beliau biasa membantu keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk menunaikan shalat)." (HR. Muslim)

Tidak satupun riwayat yang menyebutkan bahwa beliau mengerjakan shalat fardhu di rumah, kecuali ketika sedang sakit. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pernah terserang demam yang sangat parah. Sehingga sulit baginya untuk keluar rumah, yakni sakit yang mengantar beliau menemui Allah shallallahu 'alaihi wasallam.

Disamping beliau lemah lembut dan penuh kasih sayang terhadap umatnya, namun beliau juga sangat marah terhadap orang yang meninggalkan shalat fardhu berjamaah (di masjid). Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh betapa ingin aku memerintahkan muazdin mengumandangkan azan lalu iqamat, kemudian aku memerintahkan seseorang untuk mengimami shalat, lalu aku berangkat bersama beberapa orang yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat jamaah, untuk membakar rumah-rumah mereka." (Muttafaq 'alaih)

Saudaraku...
Mari berusaha untuk selalu shalat berjama’ah di Mesjid. Tahanlah kesabaran kalian, hancurkan kemalasan kalian, karena sesungguhnya banyak sekali manfaat yang akan di datangkan oleh Allah kepada orang yang menjaga shalatnya. Lihatlah Rasulullah, Umar Bin Abdul Aziz, Orang yang cacat itu, dan tokoh-tokoh yang menorehkan tinta emas kejayaan islam selalu bermula dari sini, yaitu dari sholatnya.
Mari saudaraku,
Apakah engkau belum pernah mendengar juga seorang ulama salaf pernah mengatakan kepada seseorang, “ Jika ketika seorang muadzin mengatakan ‘Hayya ‘alassholah’ sedang anda tidak mendapati saya berada dalam barisan shaf terdepan, maka CARILAH AKU DIKUBURAN!!!!”. Subhanallah, belajarlah bersama-sama denganya, itu berarti beliau selama hidupnya belum pernah ketinggalan shalat berjama’ah.
Mari saudaraku,
Berjuang dan bermujahadah bersama-sama. Semoga Allah membantu kita semua.
Segala puji Bagi Allah, Sholawat serta salam kepada Rasulullah SAW.
 

WINNING WITH PEOPLE

WINNING WITH PEOPLE
(Rangkuman dari karya John C Maxwell)

1. Pertanyaan Kesiapan

APAKAH KITA SIAP UNTUK BERHUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN?
Prinsip Lensa : Siapa diri kita menentukan bagaimana kita memandang orang lain
Prinsip Cermin : Orang pertama yang harus diperiksa adalah diri kita sendiri
Prinsip Rasa Sakit : Orang yang terluka melukai orang lain dan mudah terluka oleh orang lain
Prinsip Palu : Jangan pernah menggunakan sebuah palu untuk memukul lalat di kepala seseorang
Prinsip Elevator : Kita bisa mengangkat orang atau menjatuhkan orang lain dalam hubungan-hubungan kita.

2. Pertanyaan Hubungan

APAKAH KITA BERSEDIA BERFOKUS PADA ORANG LAIN?
Prinsip Gambaran Besar : Seluruh penduduk dunia-dengan satu kekecualian kecil- terdiri dari orang lain.
Prinsip Pertukaran : Alih-alih menempatkan orang lain pada tempat mereka, kita harus menempatkan diri sendiri pada tempat mereka.
Prinsip Pemelajaran : Setiap orang yang kita temui berpotensi mengajarkan sesuatu kepada kita.
Prinsip Karisma : Orang tertarik kepada orang yang tertarik kepada mereka
Prinsip Nomor 10 : Memercayai yang terbaik dalam diri orang lain biasanya menarik yang keluar yang terbaik bagi mereka.
Prinsip Konfrontasi : Peduli pada orang lain seharusnya mendahului tindakan mengonfrontasi mereka.

3. Pertanyaan Kepercayaan

BISAKAH KITA MEMBANGUN RASA SALING PERCAYA
Prinsip Landasan : Rasa percaya adalah prinsip landasan bagi hubungan apapun.
Prinsip Situasi ; Jangan pernah membiarkan situasi lebih penting dari hubungan
Prinsip Bob : Ketika Bob bermasalah dengan setiap orang, biasanya Bob-lah masalahnya.
Prinsip Dapat Didekati : Merasa nyaman dengan diri kita membantu orang lain merasa nyaman dengan diri kita.
Prinsip Lubang Perlindungan : Ketika mempersiapkan diri untuk pertempuran, gali lubang perlindungan yang cukup besar untuk seorang teman

4. Pertanyaan Investasi

APAKAH KITA BERSEDIA UNTUK BERINVESTASI DALAM DIRI ORANG LAIN
Prinsip Berkebun : Semua Hubugan perlu perawatan
Prinsip 101 Persen : temukan 1 persen yang kita sepakati dan curahkan 100 persen usaha kita pada hal itu.
Prinsip Kesabaran : Perjalanan bersama orang lain lebih lambat daripada perjalanan sendirian
Prinsip Perayaan : Ujian sejati hubungan bukan hanya seberapa setia kita kepada teman-teman kita ketika mereka gagal, melainkan juga seberapa antusias kita ketika mereka berhasil.
Prinsip Jalan Tinggi : Kita naik ke tingkat lebih tinggi ketika kita memperlakukan ornag lain dengan lebih baik daripada mereka memperlakukan kita.

5. Pertanyaan Sinergi

BISAKAH KITA MENCIPTAKAN HUBUNGAN MENANG-MENANG?

Prinsip Bumerang : ketika kita membantu orang lain, kita membantu diri sendiri
Prinsip Persahabatan : Dengan asumsi semua hal setara, orang akan bekerja dengan orang yang mereka sukai; dengan asumsi semua hal tidak setara, orang masih akan bekerja dedngan orang yang mereka sukai.
Prinsip kemitraan : Bekerja bersama meningkatkan kemungkinan menang bersama
Prinsip Kepuasan : Dalam hubungan yang cemerlang, kegembiraan karena kebersamaan sudah cukup.












 

Energi harapan

Energi Harapan
Seorang Kakek tua menyusuri sebuah jalan. Jalan yang terasa berat baginya. Naik turun, belok kiri kanan dan jalan yang tak mulus. Jalannya masih berupa tanah yang banyak rerumputan diatasnya. Terkadang batu cukup besar-pun menghiasai jalan itu.
Kakek itu berjalan terus dan sesekali melihat ke sekelilingnya. Seperti lagi mencari sesuatu. Kemudian kakek itu berhenti di lahan yang cukup datar. Samping jalan yang tadi kakek lewati. Kakek itu diam sebentar dan mulai menggali sesuatu ke tanah itu. Setelah di gali, kakek itu menaruh sebuah biji yang berukuran kecil. Senyum merekah menghiasai wajahnya, dan tatapan matanya berbinar-binar. Lalu, tangannya diangkat seperti mau berdoa dan mulutnya mengatakan sesuatu yang tak bisa kudengar dari kejauhan. saya penasaran dibuatnya, dan saya memberanikan diri untuk menanyakan kepada kakek itu.
“Kek, saya perhatikan dari tadi, sepertinya kakek lagi menanan sesuatu. Kalau boleh tahu apa yang kakek tanam?” Tanya saya dengan penasaran.
“Oh, ni nak. Kakek menanam bibit pohon jati.” Singkat dan padat perkataan kakek itu.
Saya kaget dan tak habis pikir dengan apa yang dilakukannya. Kemudian saya bertanya lagi.
“ Maaf kek, pohon jati kan tumbuhnya lama, bahkan sampai bertahun-tahun. Pasti kakek tidak dapat melihat nanti bahwa pohon jati itu besar. Kecuali Allah memberikan umur yang panjang kepada Kakek.”
Dan memang, kakek itu sudah berumur sangat tua, kira-kira 80 tahunan.
Kemudian, kakek itu melihat dan menatap mata saya dengan tajam. Sekilas menakutkan. Tapi, setelah itu seulas senyum kembali menghiasai wajah teduh itu. Rasanya kebijaksanaan ada di kakek itu. Kemudian kakek itu mengajak saya untuk duduk di sebuah dahan yang sudah roboh itu.
“Nak...” Sentuhan perkataan halus menyapa saya. Sejuk mendengarnya.
“...Kakek melakukan itu bukan karena kakek ingin melihat pohon itu tumbuh besar. Bukan karena kakek ingin membanggkan diri di hadapan manusia bahwa kakelah yang menanamnya...”
“ Tapi, kakek mempunyai harapan bahwa kelak kakek melihat banyak anak-anak yang bermain di bawah itu. Banyak petani-petani yang melepas lelah dari kepenatan selepas bertani. Bahkan kakek ingin burung-burung atau hewan lainnya memanfaatkannya. Itulah keinginan terbesar kakek. Itulah harapan kakek. Biarlah kakek tidak melihatnya mungkin. Tapi Allah akan melihat jerih payah kakek ketika itu.”
Desiran-desiran hati bergetar. Kalimat kakek itu menyadarkanku beberapa kali. Tanpa sadar, saya terisak menangis melihat kejelasan sang kakek itu.

.................

Betapa harapan akan sesuatu seringkali menimbulkan kekuatan bagi orang yang merasakannya. Harapan itu akan muncul ketika kita terbiuas oleh berbagai pengalaman hidup. Hikmah-hikmah yang terdapat dalam setiap moment kehidupan itu menjelma menjadi sebentuk berkas cahaya. Seberkas cahaya itulah yang kelak akan menjadi suatu harapan. Ketika kita tak kuasa mendapatkannya, ketika kita merasa lemah untuk meraihnya. Ketika kita tersadar bahwa waktu kita tak cukup untuk meraih suatu obsesi itu. Maka munculah harapan.
Harapan kakek itu sangat luar biasa. Kini ia tidak berharap sesuatu itu akan datang untuknya. Tetapi sesuatu itu untuk orang lain. Ia menanam bibit itu bukan untuk ia nikmati, tapi untuk orang lain. Kebesaran hati kakek seperti apakah yang ia lakukan?
Ia menemukan suatu rahasia selama kehidupannya. Ya, ia memaknai bahwa hidup itu bukan untuk dirinya saja. Kalau dahulu, ia merasa hidup hanya untuk dirinya saja tidak peduli orang lain.
Semboyan “Kita hidup hanya untuk memenuhi perut dan kemaluan saja” itulah membinasakan. Akan membuat penderitaan yang mencekam bersama laju semboyan itu. Karena, apabila kita gaungkan, maka kita akan lelah dan kepayahan melihat hasil kerja keras kita selama ini. mungkin kecewa, bahkan banyak yang kecewa. Karena kerja keras itu hanya untuk dirinya sendiri. Untuk nafsu sendiri. Dan nafsu itu selalu berubah-ubah. Dan kita juga mengetahui bahwa ia terkadang ingin ini, tapi terkadang ingin itu pula. Akibatnya ia selalu terkecewakan oleh nafsunya sendiri.
Tapi, lain lagi bagi orang yang paham dengan kehidupannya. Seperti yang dialami kakek itu. Jika Kakek itu memaknai hidup untuk dirinya sendiri, pasti kakek itu tidak akan pernah jalan kakek jauh dari rumah, tidak akan menanam bibit pohon itu, dan tidak akan pernah ulasan senyum terus menghias wajahnya. Namun, karena kehidupannya untuk orang lain, kerja keras kita akan luarbisa tersyukuri. Syukur-syukur jikalau kita merasakannya. Jika tidak sempat, maka kita bisa berdoa mudah-mudahan bisa membawa manfaat bagi orang lain.
Ada Ungkapan yang sangat indah dari seseorang ulama yang sangat berpengaruh pada masanya. Lewat karya-karyanya, beliau mendapatkan tempat yang layak bagi generasi islam yang merindukan kebangkitan saat itu. Bahkan ketika beliau dihukum gantung karena kedzaliman Presiden Mesir saat itu, beliau memberi bingkisan hidayah kepada dua algojonya yang akan mengeksekusinya. Beliau Sayyid Qutub.
Beliau mengatakan, “ Orang kerdil adalah orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri. Hingga ketika matipun ia tidak akan pernah dikenang. Sedang orang besar adalah orang yang hidupnya untuk orang lain. Ia akan dikenang sepanjang masa.”

Sungguh kehidupan bukan hanya untuk kita sendiri. Tapi hidup kita juga untuk orang lain. Apakah kita belum mendengar sesuatu yang keluar ketika Rasulullah akan wafat, “Ummati..Ummati...”. apakah kita tidak pernah mengetahui bahwa orang-orang besar dan orang-orang yang sukses dalam kehidupannya selalu di dedikasikan untuk orang lain? Apakah kita juga tidak tahu orang-orang sekaliber Hasan Al-Banna berjuang keras membuat proyek kebangkitan ummat pada masa itu, entah sudah berapa lama beliau dan teman-temannya tidak bisa tidur nyeyak lagi, entah berapa harga yang pantas mereka dapatkan dari kerinduan-kerinduan mereka terhadap kebangkitan umat ini? kini kita lihat hasil dari proyeknya yang sampai sekarang menjadi proyek yang paling tangguh dan paling berpengaruh saat ini.
Semuanya yang saya terangkan bersumber dari harapan. Kini lihatlah, harapan itu menumbuhan cinta, sayang, dan keinginan-keinginan. Kasih sayang, cinta, dan keinginan-keinginan itu akan melemah sesuai dengan segala kondisinya. Ia akan mengerucut, termakan oleh magnet-magnet yang akan melemahkan daya juang dan daya gerakknya. ketika mereka mulai melemah, bahkan sampai mencapai titik kulminasi, ia tidak akan bisa hidup lagi. Tidak ada yang bisa memberikan kekuatan untuk kembali kepada semangat yang dulu ia punyai. Tidak ada instrumen yang bisa menegakkannya lagi, kecuali Harapan.
Dengannya, kita mempunyai harapan bahwa kasih sayang, cinta dan keinginan-keinginan itu bisa lahir kembali. Harapan yang sangat menentukan dan menjadi titik dari gerakan itu. Harapan mempunyai bahan bakar yang sangat potensial untuk membakar segala apa yang disematkan kepadaanya. Ia pun akan melihat betapa kasih sayang, cinta, dan keinginan akan menjelma lagi. Akan bersemangat lagi.
Kakek itu mempunyai harapan, saya-pun mempunyai harapan, dan kalian-pun mempunyai harapan tentunya. Ingatlah karena harapan itu melahirkan Husnudzon kepada Allah. Dan Allah (sebagaimana dalam hadist qudsinya) sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Jika seorag hamba yakin, maka Allah pun akan mengabulkan harapan itu menjadi kenyataan. Sangat mudah bagi Allah untuk melakukan itu semua. Sangat mudah...sangat mudah....

Allah, kuatkan kekuatan harapan itu... Segala puji hanya bagi Allah, Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW.

( Di mesjid, selepas sholat asar berjamaah...bulan maulid-banyak berkat, dan 25 feb 2011)
 

Kekuatan Bicara

Imam Hasan Al-Banna suatu ketika hendak mengajarkan seseorang untuk berdakwah. Beliau melihat bahwa orang itu sangat menyukai burung dara. Mungkin sudah menjadi hobinya. Maka, beliau mencoba membeli sebuah buku tentang pemeliharaan burung dara dan macam-macamnya. Beliau memberikan buku itu. Kemudian beliau memintanya kembali. Dan ketika beliau selesai membacanya, dia datang kepada Imam Hasan Al-Banna untuk membahasnya. Namun justru sang imam menyarankan agar menemui ikhwan yang juga senang memelihara burung dara juga. Ketika ia mendatanginya, ia tercengang ternyata banyak sekali burung-burung dara disana. Lalu penyuka burung dara itu mulai memahami maksud sang Imam. Dan akhirnya ukhuwah itu mengikat kuat pada diri mereka.
......................
Selama hidup saya dalam jalan dakwah (Insya Allah), saya menyaksikan suatu hal yang selalu menjadi sorotan yang sangat tajam dalam mengisi peluh kehidupan saya ini. suatu hal yang selalu memaksa saya untuk menikmatinya. Dan adalah tidak salah jika saya mengatakan bahwa hal itu menjadi salah satu penyebab saya bertahan di jalan ini. Suatu hal itu adalah kata-kata. Saya menyaksikan bahwa kata-kata itu sungguh berpengaruh dan membekas kepada setiap orang yang mendengarnya. Namun, pengaruh itu sangat di tentukan oleh bagaimana seseorang itu berkata. Bagamana seseorang itu merangkai kata-kata. Tersusun, sangat indah, rapi dan menunjukan pikirannya yang ia haus untuk menularkan kepada yang lain.
...............
Adalah Ust Ali Kurniawan sang Murabbi saya semenjak di SMAN 3 Kuningan. Dan beliau sekarang kembali membina diri saya kembali setelah ada perputaran murabbi halaqah. Beliau (semoga Allah merahamatinya) adalah sosok perubah keadaan saya. Beliau yang membantu saya menemukan titik ledak saya ketika kelas tiga SMAN 3 Kuningan. Ketika mulai meledak, perubahan drastis terjadi pada hidup saya. Saya merasa ringan dengan Ibadah, haus dengan Ilmu Agama, Rasa Empati menggelegar dalam kehidupan saya ketika itu. Dan yang paling nyata adalah saya suka menangis. Air mata keinsyafan itu terasa terus mengalir dalam sela-sela hidungku. Dan memang Allah memberikan hidayah bagiku melalui beliau.
Ketika beliau berkata, anda akan dibawa kepada suatu dimensi dasar untuk menyelami keadaan yang akan diterangkannya. Ia mulai dengan menjelaskan tentang fenomena fakta yang terjadi, kemudian mencermati penyakit-penyakitnya, lalu mencari obatnya sebagai penawar penyakit itu. Dan selalu saja, ia menyanjung binaannya bahwa anda adalah orang-orang yang terpilih untuk mengambil obat itu dan memberikan kepada yang membutuhkan. Susunan perkataannya yang luar biasa menurut saya. Sebuah kata-kata yang mempunyai ruh yang sangat dalam bagi siapa yang mampu menangkap kata-katanya. Karena sebuah kata-kata yang terlontar pada diri seseorang itu adalah hasil input dari ilmu yang dimasukkan kedalah hati dan pikirannya. Karena beliau pun orang yang sangat hobi membaca buku. Buku apapun. Bahkan, “ Ketika masanya tidur, ust tidak pernah menutup mata sebelum kelelahan atau ketiduran ketika membaca buku. Tempat tidur ust sangat berantakan dengan buku-buku!” Kenagn Ust Ali. Itulah yang saya ikuti dan turuti dari beliau, bahkan secara tidak langsung, buku-buku yang telah saya ternyata hampir sama dengan bacaan yang beliau suka. Salah satunya adalah majalah Tarbawi yang sayarat dengan makna.
.......................
Dale Carnegie dalam bukunya How ti Win Friends and Influence people mengatakan, “ Jika anda ingin menjadi orang yang mampu menarik hati dan mempengaruhi orang lain setelah mereka meninggalkan anda, maka resepnya adalah jangan biarkan orang lain menyanggah ucapan anda. Terus yakinkan mereka tentang ide yang anda sampaikan. Jangan biarkan orang lain meragukan ucapan anda.”
Jangan biarkan orang lain menyanggah ucapan anda...” Kalimat ini menyaratkan kita untuk mempunyai seni dalam berbicara, menyusun kata-kata yang indah dan teratur, sehingga orang yang memperdengarkannya akan terhipnotis dan melupakan apa yang ia akan sanggah. Tuntutan yang primer adalah anda menguasai materi yang akan disampaikan. Hujjah/ dalil akan sangat berpengaruh terhadap materi itu. Jika anda tidak mempunyai alasan yang cukup kuat untuk melindungi materi itu, serta alasan yang anda kemukakan tidak cukup kuat dan lebih daripada alasan pendengarnya, maka akan timbul reaksi dan munculah sanggahan.
Kata-kata yang baik akan menjadi sihir yang berpengarh luar biasa. Ia akan mampu membuka suatu hati yang terkunci atau meningglkan kesan yang mendalam pada jiwa-jiwa yang keletihan.
Maka dari itu, Allah berfirman :
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, (QS Ibrahim 24)

Para ahli sosiolog mengatakan,” Sesungguhnya kekuatan kata akan melampaui kekuatan apapun yang bisa mengahantarkan pesan kepada relung jiwa manusia. Ia ibarat nuklir atau tenaga Listrik.”
Orang bijak juga berkata tentang hal ini, “ Perkataan anda adalah kekuatan terbesar yang anda miliki. Jika anda mampu memolesnya dengan indah, mengarahkannya dengan baik, dan menempatkannya sesuia dengan posisinya, maka anda akan menjadi orang yang beruntung, karena meraih cinta manusia, kepercayaan mereka, dan akan terbuka dihadapan anda, jalan menuju kesuksesan.”

Adalah Muhammad SAW sang Maestro Dakwah ini adalah panutan segala hal. Anda tidak akan pernah mendapati panutan secara sempurna kecuali telah ada padanya. Mungkin kita terpukau dengan panutan-panutan (pemikir-pemikir barat) yang mereka berusaha keras untuk membuat panutan dalam hal sesuatu, tetapi kita akan lebih terpukau oleh Rasulullah SAW. Salah satunya dalam hal kekuatan bicara ini. Beliau memiliki karakter bicara yang sangat khas dan mempunyai daya pengaruh yang luar biasa, bahkan mengandung mu’jizat yang bisa melumpuhkan orang lain hingga tak mampu berkutik.
1. Ucapannya jelas dan mudah dipahami
Aisyah r.a mengatakan,” Ucapan rasulullah SAW adalah ucapan terperinci, yang bisa dipahami setiap orang yang mendengarnya.”
2. Ungkapan Proposional, tidak terlalu singkat, dan tidak terlalu panjang
“ketika Rasulullah berbicara, jika ada orang yang berusaha untuk menghitung ucpannya, maka ia pasti akan mampu menghitungnya.”
3. Berbicara penuh Cinta kepada Musuhnya sekalipun
Diriwayatkan bahwa ada seseorang yang meminta izin kepada Rasulullah SAW, kemudian ketika beliau melihatnya, orang itu mengatakan, “Celakalah, saudara keturunannya. Celakalah anak dari keturunannnya.” Ketika orang tersebut duduk, maka wajah beliau berubah seri dan ceria. Dan ketikaorang itu pergi, Aisyah berkata,:” Wahai Rasulullah, ketika melihat orang tersebut mengatakan ini dan itu, baginda malah berseri dan ceria. Kemudian Rasullullah SAW bersabda,” Wahai Aisyah, sejak kapan engkau melihatku berkata kasar? Sesungguhnya sejelek-jelek manusia di sisi Allah pada hari Kiamat adalah dia yang ditingglkan oleh manusia untuk menghindar dari kejahatannya.” (H>R Bukhari)

Dan masih banyak sekali yang ingin saya ungkapkan tentang Rasulullah SAW dalam hal ini.

Mulailah anda untuk belajar bagaimana berbicara. Pahami materi yang anda akan ungkapkan. Janganlah anda memaparkan materi yang belum anda kuasai penuh jika anda tidak ingin banyak sanggahan dari orang lain. Ikatlah hujjah/ dalil-dalil yang kuat, agar ia akan membantu anda untuk membela terhadap apa yang anda paparkan. Dan ketahuilah, hujjah yang tidak pernah bisa terbantahkan adalah hujjah yang datang dari Al-Quran dan Hadist. Ia adalah sebaik-baik hujjah.

Belajarlah mulai dari sekarang, dan ketika mulai belajar, maka anda akan merasakan bahwa kekuatan bicara itu sangat penting bagi kehidupan anda. Apalagi bagi anda sebagai aktifis Dakwah. Ini mutlak harus dipelajari.

Segala puji bagi Allah, Shalawat dan Salam Tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW.
( 23 Feb 2011, Selepas isya- buka jahitan operasi akhir)
 
Imam Hasan Al-Banna suatu ketika hendak mengajarkan seseorang untuk berdakwah. Beliau melihat bahwa orang itu sangat menyukai burung dara. Mungkin sudah menjadi hobinya. Maka, beliau mencoba membeli sebuah buku tentang pemeliharaan burung dara dan macam-macamnya. Beliau memberikan buku itu. Kemudian beliau memintanya kembali. Dan ketika beliau selesai membacanya, dia datang kepada Imam Hasan Al-Banna untuk membahasnya. Namun justru sang imam menyarankan agar menemui ikhwan yang juga senang memelihara burung dara juga. Ketika ia mendatanginya, ia tercengang ternyata banyak sekali burung-burung dara disana. Lalu penyuka burung dara itu mulai memahami maksud sang Imam. Dan akhirnya ukhuwah itu mengikat kuat pada diri mereka.
......................
Selama hidup saya dalam jalan dakwah (Insya Allah), saya menyaksikan suatu hal yang selalu menjadi sorotan yang sangat tajam dalam mengisi peluh kehidupan saya ini. suatu hal yang selalu memaksa saya untuk menikmatinya. Dan adalah tidak salah jika saya mengatakan bahwa hal itu menjadi salah satu penyebab saya bertahan di jalan ini. Suatu hal itu adalah kata-kata. Saya menyaksikan bahwa kata-kata itu sungguh berpengaruh dan membekas kepada setiap orang yang mendengarnya. Namun, pengaruh itu sangat di tentukan oleh bagaimana seseorang itu berkata. Bagamana seseorang itu merangkai kata-kata. Tersusun, sangat indah, rapi dan menunjukan pikirannya yang ia haus untuk menularkan kepada yang lain.
...............
Adalah Ust Ali Kurniawan sang Murabbi saya semenjak di SMAN 3 Kuningan. Dan beliau sekarang kembali membina diri saya kembali setelah ada perputaran murabbi halaqah. Beliau (semoga Allah merahamatinya) adalah sosok perubah keadaan saya. Beliau yang membantu saya menemukan titik ledak saya ketika kelas tiga SMAN 3 Kuningan. Ketika mulai meledak, perubahan drastis terjadi pada hidup saya. Saya merasa ringan dengan Ibadah, haus dengan Ilmu Agama, Rasa Empati menggelegar dalam kehidupan saya ketika itu. Dan yang paling nyata adalah saya suka menangis. Air mata keinsyafan itu terasa terus mengalir dalam sela-sela hidungku. Dan memang Allah memberikan hidayah bagiku melalui beliau.
Ketika beliau berkata, anda akan dibawa kepada suatu dimensi dasar untuk menyelami keadaan yang akan diterangkannya. Ia mulai dengan menjelaskan tentang fenomena fakta yang terjadi, kemudian mencermati penyakit-penyakitnya, lalu mencari obatnya sebagai penawar penyakit itu. Dan selalu saja, ia menyanjung binaannya bahwa anda adalah orang-orang yang terpilih untuk mengambil obat itu dan memberikan kepada yang membutuhkan. Susunan perkataannya yang luar biasa menurut saya. Sebuah kata-kata yang mempunyai ruh yang sangat dalam bagi siapa yang mampu menangkap kata-katanya. Karena sebuah kata-kata yang terlontar pada diri seseorang itu adalah hasil input dari ilmu yang dimasukkan kedalah hati dan pikirannya. Karena beliau pun orang yang sangat hobi membaca buku. Buku apapun. Bahkan, “ Ketika masanya tidur, ust tidak pernah menutup mata sebelum kelelahan atau ketiduran ketika membaca buku. Tempat tidur ust sangat berantakan dengan buku-buku!” Kenagn Ust Ali. Itulah yang saya ikuti dan turuti dari beliau, bahkan secara tidak langsung, buku-buku yang telah saya ternyata hampir sama dengan bacaan yang beliau suka. Salah satunya adalah majalah Tarbawi yang sayarat dengan makna.
.......................
Dale Carnegie dalam bukunya How ti Win Friends and Influence people mengatakan, “ Jika anda ingin menjadi orang yang mampu menarik hati dan mempengaruhi orang lain setelah mereka meninggalkan anda, maka resepnya adalah jangan biarkan orang lain menyanggah ucapan anda. Terus yakinkan mereka tentang ide yang anda sampaikan. Jangan biarkan orang lain meragukan ucapan anda.”
Jangan biarkan orang lain menyanggah ucapan anda...” Kalimat ini menyaratkan kita untuk mempunyai seni dalam berbicara, menyusun kata-kata yang indah dan teratur, sehingga orang yang memperdengarkannya akan terhipnotis dan melupakan apa yang ia akan sanggah. Tuntutan yang primer adalah anda menguasai materi yang akan disampaikan. Hujjah/ dalil akan sangat berpengaruh terhadap materi itu. Jika anda tidak mempunyai alasan yang cukup kuat untuk melindungi materi itu, serta alasan yang anda kemukakan tidak cukup kuat dan lebih daripada alasan pendengarnya, maka akan timbul reaksi dan munculah sanggahan.
Kata-kata yang baik akan menjadi sihir yang berpengarh luar biasa. Ia akan mampu membuka suatu hati yang terkunci atau meningglkan kesan yang mendalam pada jiwa-jiwa yang keletihan.
Maka dari itu, Allah berfirman :
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, (QS Ibrahim 24)

Para ahli sosiolog mengatakan,” Sesungguhnya kekuatan kata akan melampaui kekuatan apapun yang bisa mengahantarkan pesan kepada relung jiwa manusia. Ia ibarat nuklir atau tenaga Listrik.”
Orang bijak juga berkata tentang hal ini, “ Perkataan anda adalah kekuatan terbesar yang anda miliki. Jika anda mampu memolesnya dengan indah, mengarahkannya dengan baik, dan menempatkannya sesuia dengan posisinya, maka anda akan menjadi orang yang beruntung, karena meraih cinta manusia, kepercayaan mereka, dan akan terbuka dihadapan anda, jalan menuju kesuksesan.”

Adalah Muhammad SAW sang Maestro Dakwah ini adalah panutan segala hal. Anda tidak akan pernah mendapati panutan secara sempurna kecuali telah ada padanya. Mungkin kita terpukau dengan panutan-panutan (pemikir-pemikir barat) yang mereka berusaha keras untuk membuat panutan dalam hal sesuatu, tetapi kita akan lebih terpukau oleh Rasulullah SAW. Salah satunya dalam hal kekuatan bicara ini. Beliau memiliki karakter bicara yang sangat khas dan mempunyai daya pengaruh yang luar biasa, bahkan mengandung mu’jizat yang bisa melumpuhkan orang lain hingga tak mampu berkutik.
1. Ucapannya jelas dan mudah dipahami
Aisyah r.a mengatakan,” Ucapan rasulullah SAW adalah ucapan terperinci, yang bisa dipahami setiap orang yang mendengarnya.”
2. Ungkapan Proposional, tidak terlalu singkat, dan tidak terlalu panjang
“ketika Rasulullah berbicara, jika ada orang yang berusaha untuk menghitung ucpannya, maka ia pasti akan mampu menghitungnya.”
3. Berbicara penuh Cinta kepada Musuhnya sekalipun
Diriwayatkan bahwa ada seseorang yang meminta izin kepada Rasulullah SAW, kemudian ketika beliau melihatnya, orang itu mengatakan, “Celakalah, saudara keturunannya. Celakalah anak dari keturunannnya.” Ketika orang tersebut duduk, maka wajah beliau berubah seri dan ceria. Dan ketikaorang itu pergi, Aisyah berkata,:” Wahai Rasulullah, ketika melihat orang tersebut mengatakan ini dan itu, baginda malah berseri dan ceria. Kemudian Rasullullah SAW bersabda,” Wahai Aisyah, sejak kapan engkau melihatku berkata kasar? Sesungguhnya sejelek-jelek manusia di sisi Allah pada hari Kiamat adalah dia yang ditingglkan oleh manusia untuk menghindar dari kejahatannya.” (H>R Bukhari)

Dan masih banyak sekali yang ingin saya ungkapkan tentang Rasulullah SAW dalam hal ini.

Mulailah anda untuk belajar bagaimana berbicara. Pahami materi yang anda akan ungkapkan. Janganlah anda memaparkan materi yang belum anda kuasai penuh jika anda tidak ingin banyak sanggahan dari orang lain. Ikatlah hujjah/ dalil-dalil yang kuat, agar ia akan membantu anda untuk membela terhadap apa yang anda paparkan. Dan ketahuilah, hujjah yang tidak pernah bisa terbantahkan adalah hujjah yang datang dari Al-Quran dan Hadist. Ia adalah sebaik-baik hujjah.

Belajarlah mulai dari sekarang, dan ketika mulai belajar, maka anda akan merasakan bahwa kekuatan bicara itu sangat penting bagi kehidupan anda. Apalagi bagi anda sebagai aktifis Dakwah. Ini mutlak harus dipelajari.

Segala puji bagi Allah, Shalawat dan Salam Tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW.
( 23 Feb 2011, Selepas isya- buka jahitan operasi akhir)
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Syah Dasrun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger