BANGKIT dan TERPURUK!!!

BANGKIT dan TERPURUK !!!!

S7300131Terpuruk dan bangkit adalah warna kehidupan yang tidak pernah lepas dari sisi kehidupan kita. Dua-duanya adalah bumbu yang sedap jika kita menikmati setiap goresannya. Terlepas dari dangkal atau dalamnya keterpurukan itu, maka sesungguhnya setiap kita pasti pernah merasakan kepahitan, kekecewaan, kegagalan, bahkan lebih dari itu.

Terpuruk adalah hal yang biasa bagi kita, akan tetapi terkadang terpuruk itulah yang membuat kita menjadi luar biasa. Dengan keterpurukan kita bisa memahami hal-hal yang lalai dari kita, karena keterpurukan itu muncul sebagai akibat. Yang tentunya kita mengetahui tidak ada akibat sebelum sebab. Maka, terpuruk bisa memberikan cerminan bagi kita sendiri dalam menghadapi kehidupan kedepannya. Terpuruk bisa menjadi ‘kaca spion’ dalam hal-hal yang membelakangi kita. Terpuruk memberikan kita pantulan kekuatan untuk menjadi lebih baik lagi.

Segala puji bagi Allah...tiadalah keterpurukan itu menjadi baik kecuali dapat merangsang kebangkitan. Ya BANGKIT!!!. Karena Allah memberikan kita potensi untuk bangkit setelah mengalami keterpurukan. Maka, bangkit adalah anugerah. Akan tetapi bangkit disini dalam prakteknya adalah memerlukan ikhtiar yang memerlukan spirit, ketangguhan, dan juga cara pandang yang jernih. Bangkit tak akan bisa merasakan manisnya tanpa adanya pembandingnya yaitu pahitnya terpuruk!!!

Sahabat....

Bangkitlah,,,, sungguh tidak ada waktu lagi untuk berdiam diri. Terpuruk dan bangkit kembali adalah karunia Allah yang memberikan kekuatan kepada kita. Bergeraklah,,,tentukan perubahan pada diri kita. Ingatlah, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusianya. Ketika kita ditanya, apakah kita sudah bermanfaat bagi sesama kita? Atau apakah kita yang menyebabkan ketidakmanfaat bagi sesama kita? Atau sesama kita merasa tidak suka ketika bertemu dan Berinteraksi dengan kita??? Na’udzubillah....

Sahabat...

Ramadhan ini keberkahan cinta dari langit menyirami bumi-bumi tandus ini. Tentunya bukan hanya bumi nama planet ini. Juga bumi=bumi hati kita yang telah lama gersang oleh tetesan embun spiritual. Maafkanlah saya ketika berkumpul dan berinteraksi dengan kalian semua, malah merugikan kalian, malah tidak bermanfaat kepada kalian. Nasehati saya jika memang kesalahan keluar dari lidah atau sikap saya. Maafkanlah, sungguh saya mendapati keterpurukan yang nyata jika senyuman tulus memaafkan terpancar dalam sanubari kalian.

Semoga Allah memaafkan saya, kalian, dan orang-orang yang pernah terpuruk.

Ya Allah saksikanlah...

Dan Para Malaikat-pun menyaksikan.....

(Pagi yang menyibak keterpurukan, 5 Agustus 2011 : 05,30 a.m...)

 

PENJUAL IKAN SEGAR

 

Di pasar itu, suasana pagi yang sangat sejuk. Terik matahari yang tidak panas namun menghangatkan, menerpa diriku yang mulai bersemangat kala pagi itu. Terkadang saya menyenangi udara pagi dipasar itu. Tentu jika udara di pemandangan sawah yang bebas polusi lebih saya sukai. Akan tetapi ada hal yang begitu saya sukai, walaupun polusi udara di Pasar amat menyiksa. Ada serba bau yang tercium di hidungku. Hmmm

Selalu saja kebahagiaan nampak diraut wajah-wajah pedagang itu. Rasa harapnya besar sekali. Semangatnya men-jaja-kan dagangannya terasa kuat dan panjang. Saya mengetahui bahwa mereka mulai berdagang di pagi buta itu. Sekitar jam satu-an mereka sudah meramaikan jual beli menengak keatas itu. Seakan-akan mereka tidak habis semangat dan berharapnya. Setiap hari rutinitas mereka memang seperti itu. Mungkin saja banyak yang tidak laris pada hari ini. Akan tetapi semangat dan harap mereka tidak lantas besoknya tidak berdagang atau sengaja datang ke pasar itu sewaktu subuh!

Namun, yang saya bicarakan kali ini bukan masalah itu. Ada peristiwa yang cukup lucu sekaligus memaksa saya merenungi peristiwa itu. Itu erat kaitannya dengan jalan yang telah saya pilih, yaitu berdakwah insya Allah...

Pagi itu, ada seseorang penjual ikan. Ia terlihat ragu-ragu. Kayaknya ia baru mau berjualan disini. Ia menoleh kesana kemari dengan penuh perkiraan. Sepertinya ia ingin mencari tempat yang cocok dan strategis utuk berjualan, supaya dagangannya laku. Setelah ia mendapatinya, kemudian ia mengeluarkan ‘papan’ yang ada tulisannya. “Disini Jual Ikan segar”. Begitu isi tulisannya.

Tak lama kemudian datanlah seseorang pengunjung yang cukup umur, lalu menanyakan tulisannya itu...

“Mengapa kau tuliskan kata ‘DISINI’? bukankah semua orang yang berlalu di depan kau sudah tahu bahwa kau berjaualan disini, bukan DISANA?”

“Benar juga ya!” pikir sipenjual itu. Lalu tak lama kemudian ia menghapus kata DISINI. Dan tinggalah tulisan JUAL IKAN SEGAR.

Tak lama kemudian, pengunjung yang kedua datang dan menanyakan tulisannya.

“Mengapa kau pakai kata SEGAR? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau jualan ikan segar bukan ikan busuk? Lagian siapa yang mau beli jika itu bukan ikan segar?”

“Benar juga”. Pikir penjual ikan itu. Kemudian dihapuslah kata SEGAR itu dan kini tulisannya menjadi JUAL IKAN.

Sesaat kemudian datanglah pengunjung yang ketiga dan juga menanyakan tulisannya,

“Mengapa kau tulis JUAL? Bukankah semua orang sudah tahu bahwa ikan ini dijual bukan untuk di pamerkan?”

“benar juga ya, saya jadi bingung” pikir penjual itu sambil mengaruk-garuk kepalanya. Lalu dihapusnya kata JUAL hingga tulisannya kini menjadi IKAN.

Beberapa saat kemudian datang lagi pengunjung yang ke-4 yang juga menanyakan tulisannya,

“Mengapa kau tulis kata IKAN? Bukankah kau tahu bahwa ini IKAN bukan DAGING?”

“Benar juga...”. Dan akhirnya penjual itu bingung, lalu menurunkan ‘papan’nya dan pulang dalam keadaan bingung!

Itu peristiwa yang luar biasa menurut saya. Manusia itu tidak akan pernah terlepas dari omongan, kritikan, hingga celaan orang yang suka mencela. Anda, saya, dan mereka-pun memaklumi itu. Kita lari sejauh mungkin dari ‘ketakutan itu’, akan tetapi kita bukannya lega dengan pelarian itu, malah kita berjumpa dengan ‘ketakutan yang lainnya’ yang mungkin lebih asing dan menguras energi kesabaran kita.

Maka dri itu, selayaknya bagi kita adalah menerima dan memperbesar kelapangan hati kita untuk menerima itu. Sejauh apapun kita, pasti tidak akan pernah terlepas dari itu. Biarlah ketakutan itu menyerang kita, akan tetapi tidak harus semuanya harus diterima dengan hati dan pikiran. Seleksilah mana yang harus diterima dan yang arus dibuang. Jangan pernah engkau menerima itu semuanya jikalau kita tidak ingin lintaan-lintasa pikiran itu malah memberatkanmu, menindihmu, dan membuatmu’stres’ dengan itu.

Sungguh, seorang aktifis dakwah akan lebih merasakan ‘kekhawatiran’ itu. Mereka diserang dengan sengit, kritikan tidak membangun, propoganda yang menakutkan, dan hal-hal yang berhubungan dengan itu selalu saja mereka dapatkan setiap hari, atau bahkan lebih dari itu.

Namun, tidak lantas mereka berhenti, dan mundur dari niatan dan azzam mereka. ‘Ghirah’ mereka terlalu kuat dan kebal untuk terlukai. Ya, walaupun banyak yang terlukai, tapi ‘obat keimanan’ itu terlalu cepat untuk menyembuhkannya.

Ia begitu terpengaruh oleh shirah Rasulullah, kisah sahabat dan ulama-ulama salaf maupun yang khalaf akan ketegaran mereka diatas jalan ini. Jangan pernah merasa aman disini, sebab yang ‘kelompok kebathilan’ akan mencoba untuk mematahkan bahkan memadamkan cahaya Allah yang dibawa mereka.

Mereka mengetahui, bahwa ujian itu bukan melemahkan mereka, justru membuat mereka tambah kuat, lebih solid dalam perjuangannya. Yang akhirnya ‘kelompok kebathilan’ itu menyadari akan hal itu. Namun, mereka tidak bisa melakukan apa-apa melainkan melancarkan serangan ‘metode dulu’ yang tidak bisa dirubah. Mereka kebingungan akan hal ini, tetapi Iblis telah ‘memanis-manis’ metode itu supaya mereka tetap melakukannya.

Ketika Syaikh Ahmad yasin, pendiri HAMAS di Palestina itu di ‘rudal’ oleh helikopter Yahudi ketika beliau mau melakukan shalat subuh di mesjid dengan kursi rodanya, beliau menemui kesyahidan. Kesyahidan yang sangat ia idam-idamkan. Yahudi berpesta pora melihat pemimpinnya meninggal. Karena mereka menyakini bahwa ketika pemimpinnya meninggal, maka anggotannya akan rapuh dan melemah, sehingga dengan snagat mudah untuk menghancurkannya.

Akan tetapi ‘kelompok bathil’ tidak bisa disamakan dengan ‘kelompok haq’. Ketika Syaikh Ahmad Yasin wafat, lalu pengganti beliau bermunculan dan mengatakan dengan lantang kepada Yahudi laknatullah...

“ Walaupun syaikh kami syahid, itu tidak menyurutkan langkah kami. Ketika beliau wafat, maka kami akan melahirkan ‘Syaikh Yasin-Syeih Yasin yang baru dalam tubuh HAMAS!!!”

Gentar dan khawatir Yahudi mendengarnya. Dan akhirnya mereka (Yahudi) sangat menyesal dengan target merea, karena setelah itu, mereka dihinggapi ketakutan yang sangat akan kenyataan yang terjadi setelah hari itu!

Untuk para aktifis, Sungguh kemuliaan itu akan tersemat dalam dirimu. Peganglah dan kuatkan dirimu sehingga kalian merasa ‘kebal’ dengan ‘kekhawatiran’ itu.

Ayolah berjuang, bangkitkan islam di persada alam ini, Bermujahadahlah kamu dalam hal ini. Dan setelah itu, bertawakalah kamu kepada Allah dengan sebaik-baik Taqwa.

Dan setelah itu...

Tunggulah keputusan Allah untuk kita.

Allahu Akbar!!!!

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Syah Dasrun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger