Yakin Semu

Ketika itu, tsunami Tsunami menghantam Negeri Serambi Mekkah, Aceh. Ada sosok laki-laki separuh dewasa sedang berdiri diatas pohon kelapa. Aceng (begitu sapa para warga), tetap diam terpaku sambil sekali-kali melihat keatas. Rupaya dia sedang menunggu sesuatu.
Tiba-tiba rombongan tim SAR dengan kapal karetnya mencoba mendekati dia dengan susah payah,
“ Bapak, ayo cepat naik ke kapal ini, suasananya gawat. Cepatlah ulurkan tangan Bapak.” Tegas salah satu relawan Tim SAR itu. Namun laki-laki itu tetap diam dan tidak mau menuruti sukalerawan itu.
“ Saya lagi menunggu datangnya pertolongan Allah, jadi saya tidak butuh pertolongan kalian.” Begitu jawaban yang mantap ketika ditanya mengapa ia tidak mau ikut.
Setelah bersusah payah membujuknya, akhirnya dengan berat hati, tim SAR pergi mencari korban lain yang membutuhkan mereka.
Lama ia tetap di pohon kelapa itu, sambil menunggu. Diapun khawatir, namun khawatir itu nampak disembunyikan olehnya.
Tak lama berselang, datang lagi Tim SAR yang berbeda dari pertama. Mereka naik helikopter. Merekapun mengajak lelaki itu untuk ikut bersamanya. Tapi, lagi-lagi jawaban yang sama terungkap,
“Saya lagi menunggu pertolongan Allah!”.
Dan akhirnya, tim SAR itu pergi dari hadapannya. Diapun kembali berharap lagi.
Dan kali ini, tim SAR yang pertama datang kembali kepadanya,
“Ayolah Bapak, cepat ikut kami. Jika tidak Bapak bisa mati disini, sebentar lagi ada gelombang susulan yang besar.” Tegas salah seorang Tim SAR itu.
“Saya lagi menunggu pertolongan-Nya. Saya yakin Allah pasti akan menolong saya.” Sebuah jawaban yang membuat Tim Sar itu tidak berbuat apa-apa.
“ Ya sudah jika Bapak tidak mau. Jangan salahkan kami jika Bapak tidak terselamatkan.
Begitu lama ia berharap, tapi lama kelamaan tidak mulai lelah dan tidak kuat menunggu disana, dan akhirnya gelombang tsunami susulan itu menerjang tubuh lelaki yang sudah lelah itu....
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Yakin adalah sesuatu yang memberikan kekuatan. Ia terlahir dari kepercayaan yang kuat mengakar ke dalam diri masing-masing. Ia pun mempunyai semacam penawar atas kenyakinan yang lain yang ragu-ragu, sehingga kenyakinan yang ragu-ragu itu lenyap dan tergantikan oleh kenyakinan yang terpercaya.
Namun, kita harus memahami apa arti dari kenyakinan tersebut. Seperti kisah diatas, seorang Aceng begitu yakinnya tentang masa penantian pertolongan Allah. Tetapi yakinnya Acengn itu adalah janggal. Dan ini berawal dari pemahaman Aceng itu terhadap pertolongan Allah. Pertolongan Allah itu tidak dengan mu’jizat atau peristiwa yang Allah sendiri membantunya. Dia tidak memahami bahwa Allah itu mempunyai ‘Tangan’ para hamba-Nya untuk sekedar membantunya.
Namun sekali lagi, Aceng menolak mentah-mentah bantuan yang datang dari Tim SAR. Karena memang dia menyakini bahwa Allah akan membantunya. Aceng tidak butuh dengan bantuan manusia. Ini benar!!!. Tetapi Aceng salah besar, ternyata Tim SAR itu adalah bantuan Allah...
@@@@@@@@@@@@@@@@
Banyak manusia tidak menyadari tentang hal ini. bantuan Allah itu terus menerus akan ada. Karena Maha Pengasih dan Penyayang-Nya pun, Allah tetap membantu, meskipun kepada orang-orang yang durhaka kepada-Nya. Bantuan – bantuan itu tidak mesti langsung oleh Allah, tetapi lewat sesuatu sebagai perantara bantuan-Nya. Semakin tidak menyadarinya, maka semakin itu pula kita jauh dari-Nya. Padahal nikmat yang diberikan kepada kita itu luar biasa. Jika kita mau menghitungnya, maka sungguh tidak akan pernah mampu menghitung nikmat Allah kepada kita.
Allah membantu Aceng, tapi ternyata Aceng tidak mau menerima bantuan-Nya. Pertama-tama dengan tim SAR dengan kapal perahu karet, tetapi Aceng tidak mengulurkan tangannya. Kemudian Allah menyuruh tim SAR yang kedua untuk datang menolongnya. Lelaki itupun menolaknya. Dan akhirnya Allah mengirim tim SAR yang pertama lagi untuk mencoba membantunya. Tapi, kenyataan pahit mendera, ia tidak mau lagi.
Jika saja ia sadar bahwa pertolongan dari Tim SAR itu dari-Nya, pasti ia akan mengikutinya dengan senang dan gembira. Akan tetapi ia tidak sadar. Diakibatkan ketidaksadarannya, maka maut menjemputnya masih dalam ketidaksadaranya itu.
Masalah sadar atau tidak sadar tentang sesuatu, menuntut suatu ilmu tentang sesuatu itu pula. Jika itu tentang kenyakinan pertolongan Allah, maka kita harus tahu lebih dalam tentang bagaimana dan seperti apakah pertolongan Allah itu akan muncul dan datang kepada kita? Jika kita sudah paham tentang itu, bashirah (pandangan mata hati) kita akan lebih bersih dan terang. Sehingga pertolongan apapun akan terasa kuat sampai kepada kita. Tersadar dan mau mengikuti kesadaran itu.
Maka kita akan menjadi orang-orang yang bersyukur kepada Allah. Orang yang tidak suka memvonis dan lidah mereka terjaga dari menjelekkan aoib-aib orang lain.
Ayo, pertajam bashirah kita dengan ilmu.

Share this article :
 

+ komentar + 1 komentar

Anonim
13 Februari 2011 pukul 08.16

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Syah Dasrun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger