PERTEGUH KAPAK IMANMU

PERTEGUH KAPAK IMANMU
(14 Febuari 2011, Refleksi Syah Rabbani, ketika ketumpulan hati bercorak mengkahwatirkan)

Suatu kisah dari seorang penebang pohon yang kuat. Dia mempunyai perawakan yang tinggi, tegap dan gagah. Di tangannya ada sebilah kapak yang selalu menemani kehidupannya sehari-hari. Kemanapun ia pergi, maka kapak pun akan mengikuti dia.
Ketika ia mencari tempat yang baru untuk bekerja sebagai penebang pohon, ia bertekad untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Demi kehidupannya, demi keluarga dan anak-anaknya. dan akhirnya ia cepat mendapatkan pekerjaan barunya itu.
Sesuai dengan tekad yang ia bawa, ia menebang pohon – pohon yang senag hati. Riang gembira sekali.
Hari pertama, ia bisa menebang 18 pohon yang besar.
“ Bagus...kerja engkau bagus anak muda. Teruslah bekerja!” puji majikannya dengan tulus hati. Pujian kepadanya itu sangat meninggikan hatinya. Ia gembira sekali dan ia pun bertekad agar besok lebih giat kembali.
“ Aneh, kenapa hari ini saya hanya bisa menebang 15 pohon, padahal kemarin bisa sampai 18 pohon???” pekerja itu bertanya ke dirinya sendiri. Namun, pertanyaan itu hanya berlandaskan keanehan saja, tanpa lebih fokus mencari jawabanya.
Hari-hari berlanjut, tetapi tambah berkurang jumlah tebangannya. Ia semakin lelah dengan kondisi seperti itu. Tekad yang ia bawa sebelumnya hancur terkoyak dan sedikit demi sedikit mulai mati.
Keesokan harinya, sebelum ia mendatangi ke tempat kerjanya; ia mampir ke tempat majikannya untuk sekedar basi-basi. Karena hari-hari kemarin ia tampak sibuk dengan kerjaannya sehingga hampir tidak ada waktu untuk hanya sedikit ngobrol.
“Tuan...” ia memulai perkataannya.
“ Kenapa ya ketika hari pertama saya bisa menebang pohon sampai 18 pohon, tapi hari-hari berikutnya lebih sedikit dari itu. Bahkan hari ketiga saya bekerja hanya bisa menebang 10 pohon. Jika seperti ini terus, saya khawatir hari-hari selanjutnya akan bertambah sedikit.”
Pandangannya menerawang menembus sela-sela pohon-pohon yang tinggi berjajar dengan rapi. Majikannya memahami itu. Ia merasa bersalah.
Majikannya kemudian berkata,
“ Kapan terakhir kali anda mengasah kapak itu?”.
Pandangan dan pikiranya buyar ketika mendengar pertanyaan majikannya. Dengan nada yang sedikit gugup iapun menjawab
“ Hari-hari saya terlalu sibuk dengan menebang pohon tuan. Jadi saya tidak ada waktu untuk mengasah kapak itu!!!”
Dan sang majikanpun berkata dengan bijaksana,
“ Itulah kesalahanmu. Anda tidak mengasah kapakmu.” Tegas sang majikan.


Seringkali kita melupakan akan hal itu. Dulu ketika saya mengisi berbagai acara-acara/ training/ atau mentoring; saya tidak menyadari akan hal itu. Saya merasa bahwa pemahaman ilmu yang saya dapatkan itu tidak akan tumpul, karena ulama-ulama bijak pernah mengatakan bahwa suatu ilmu itu jika di amalkan dan di syiarkan tidak akan pernah hilang dan musnah. Namun, agaknya ada syarat selanjutnya yang tersirat dalam perkataan itu. Dan saya baru memahami ini.
Syarat selanjutnya adalah menyangkut keimanan. Kekokohan dan kedekatan dengan Allah. Ternyata suatu ilmu itu (apalagi ilmu agama) sangat di tentukan sekali oleh keimanan seseorang yang membawa ilmu itu. Karena orang sangat memahami tentang teladan sesuatu. Engkau akan menyaksikan bahwa banyak sekali seorang pintar lidah, pandai dalam retorika penyampaian sesuatu tetapi tidak banyak orang yang mau mengikutinya. Karena akhlak seseorang itu tampak tidak sesuai dengan perkataannya. Terasa hebat namun lemah, terasa indah namun jelek. Jadi saja mereka di jauhi. Karena masyarakat yakin bahwa keteladanan dan akhlak adalah lebih mempesona dibandingkan kata-kata. Dan memang itulah kenyataannya. Karena akhlaq itu sebagai buah dari ilmu. Jika saja kita merasa banyak ilmu (teori), tetapi kita belum bisa berakhlaq dalam implementasi dari suatu ilmu tersebut; itu berarti sesungguhnya bukan dinamakan ilmu. Itu hanya sebatas pengetahuan. Ya, pengetahuan.
Saya jadi teringat dengan seorang Ust dari Jawa yang pernah berbincang-bincang dengan saya sewaktu persiapan mengikuti tes masuk LIPIA. Beliau pernah berkata, “ Ya Akhi, sesuatu yang datang/masuk kedalam pikiran kita itu namanya pengetahuan. Tetapi jika kita menerapkan dan mengamalkan pengetahuan itu barulah dinamakan Ilmu.”

Jadi, asah kapak imanmu....
Suatu ketika, Imam hasan Al-Basri diminta untuk menyampaikan materi pembebasan budak dalam suatu khutbah. Awalnya, ada keraguan dalam diri beliau. Tetapi kemudian beliau menyanggupinya dan meminta untuk memberi jeda waktu beberapa hari untuk persiapan khutbah beliau. Di hari yang ditentukan, beliau berkhutbah dengan sangat memukau, mendapat tempat di hati masyarakat dan berbondong-bondong mereka ingin membebaskan budak-budak mereka. Namun, apa kuncinya sehingga beliau bisa sukses seperti itu? Kita tidak menyangsikan keilmuan beliau. Beliau adalah contoh kezuhudan dan kewaraan yang tinggi. Sungguh banyak kisah-kisah yang saya baca berkenaan dengan beliau. Lalu dimanakah letak kunci kesuksesan itu? Beliau, Imam Hasan Al-Basri ketika meminta waktu untuk berkhutbah beliau mengumpulkan harta-hartanya yang sedikit dengan susah payah untuk membeli budak dan kemudian membebaskannya!!!!. Subhanallah, keteladan yang begitu agung yang beliau ajarkan kepada kita. Keteladanan dalam ilmu itu berakibat suksesnya juga pembahasan itu.

Asahlah kapak keimananmu...
Siapa diri kita? Seberapa besar ilmu yang kita dapatkan? Astagfirullah...ternyata kesombongan itu masih senang bersemayam di hati kita. Pantas saja, hal-hal yang kita perjuangkan terasa hambar dan terasa layu. Ternyata kita jarang mengasah kapak keimanan kita sendiri. Kita terlalu sibuk dengan agenda da’wah kita. Sibuk mengisi halaqah-halaqah, Tastqif, mentoring, ataupun training-training sehingga kita melupakan keimanan kita. Terkadang kita mempunyai alasan bahwa agenda da’wah saja sudah cukup untuk mempertebal keimanan kita. Itu salah!!!!
Seberapa seringkah kita melakukan Qiyamullail? Apakah kita beralasan kecapean karena agenda da’wah itu???
Tilawah dan hafalanm Al-Quran dan Hadistmu???
Shalat berjama’ahmu di mesjid????
Infaq shadaqahmu tiap hari????
Dhuhamu, dzikirmu, menolong orang lainmu, menengok orang yang sakit dan hal-hal yang lainnya???


Ibnu Abbas r.a berkata:
“ Kebaikan itu punya sinar di wajah, cahaya di hati, rizki yang banyak,kekuatan di tubuh dan kecintaan di hati manusia. Seandainya keburukan punya warna hitam, di wajah kegelapan hati, kelemahan di tubuh, kekurangan rizki dan di benci hati manusia.”
Pertebal kapak imanmu sobat!
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Syah Dasrun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger