Pagi ini adalah pagi yang sangat indah, kicauan burung yang menghangatkan, gemercik air yang membuat suasana natural, dan hembusan angin sepoi-sepoi yang menyentuh dan menerpa diri. Pagi ini saya harus memaksa diri untuk olahraga, minimal jalan-jalan pagi. Karena tubuh hari ini (pekan ini) terasa memburuk sangat. Teringat pesan Abu Rabbani,” ada saatnya hak jiwa itu dilaksanakan, dan ada pula hak badan itu dilaksanakan.” Salah seorang ulama peernah mengatakan,” Sehatnya jasad ditentukan oleh sehatnya jiwa, karena walau jasad terlihat sehat, tapi jika jiwa sakit, maka jasad melemah. Begitu pula sehatnya jiwa tergantung sehatnya jasad. Sejauh apapun jiwa ini sehat, tapi jika jasad melemah, jiwa tidak akan peernah bisa memaksa sesuai dengan keadaannya, karena yang lebih dekat dengan alam dunia ialah jasad.”
Banyak hal-hal yang saya dapat ketika itu, dimulai dengan keadaan dan suasana sawah yang cukup ‘TEGAR”dengan ujian Hama tikus yang merajalela. Tikus ganas itu yang menghancurkan asa para petani yang melanda 5 desa, keadaan langit yang begitu cerah dan damai, seorang kakek yang berbincang hangat dengan saya sambil menunggu sang kerbau datang untuk melaksanakan tugah hariannya, dan pemaksaan senyum dan belajar untuk mengaplikasikan buku yang say abaca sekarang,”Membuta orang jatuh cinta dalam satu detik” membuat saya semakin tersungkur malau kepada Rabb.
Ada sesuatu yang saya lupakan, ada sesuatu yang saya harus ingat-ingat kembali, yaitu tentang nikmat dari Allah. Nikmat di pagi hari, nikmat berada di suasana desa yang tercinta. Mungkin itulah saya lebih senang berada disini, jauh dari hiruk pikuk dunia yang gemerlap, jauh dari kebisingan mesin-mesin berat, jauh dari bangunan-bangunan kantor yang “menyombongkan diri”. Sebab bagi saya, keberlarutan kita terhadap era modern ini membuat kita lupa dengan dulu, membuat kita berambisi yang menciptakan kesombongan, membuat kita semakin jaya seolah-olah hasil dari jerih payah tangan mereka sendiri tanpa melibatkan “tangan” Allah di dalamnya.
Sungguh berbeda dengan suasana desa. Ada keakraban disana, ada kehangatan komunikasi disana, karena mereka jauh dari kesombongan (walau sombong juga ada), senyum yang tulus, buka senyum yang penuh konspirasi, suasana alam yang mampu mendekatkan kita terhadap kenyataan kita berasal dari alam, dan alam dekat dengan Pencipta. Penelitian ahli psikologi modernpun mengatakan,bahwa banyak sekali orang-orang yang stress di dunia ini, dan pengobatan yang sangat manjur adalah dekatkan dengan alam, walau jika susah medekatkan secara nyata, dekatkanlah ia dengan suasana palsu”. Kemudian muncullah instrument natural, suara gemercik air, sepoi angin, suasana kicauan burung dsb sebagai jawaban akan “back to natural”itu. Dan walhasil mereka sembuh dengan solusi itu. Lalu kemudian mengapa kita yang sangat dekat dengan alam itu malah tidak menghargainya???
Fabiayyi ‘alaa irobbikuma tukadzdziban??? Nikmat manakah yang kau dustakan???
Segala puji Bagi Allah, Sholawat an salam tercurah kepada Rasulullah….
(24 juli 2010, saat olahraga pagi)

Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Syah Dasrun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger