Pagi itu, ketika saya baru bangun tidur, tangan sebelah kiri saya tidak bisa diangkat. Rasanya nyeri dan sakit ekali ketika akan digerakkan. Ibu kemudian mengantarkan saya ke dokter di daerah Cirebon. Dokter itu bilang kalau saya terkena rematik. Akhirnya dokter memberi saya obat rematik dan berpesan agar obat dihabiskan.
Setelah obat habis, tangan kanan saya juga mengalami hal yang sama. Saya kembali lagi berobat ke dokter yang sama, dan saya pun juga diberikan obat yang sama. Tapi sakit saya makin lama bukannya makin sembuh, malah semakin bertambah parah. Kedua tangan saya lama kelamaan terasa sakit sekali jika digerakkan. Akhirnya saya pindah berobat ke dokter lain di daerah Cimalaka. Ternyata menurut dokter, obat yang saya konsumsi selama ini hanya obat penahan rasa sakit. Oleh dokter, saya diminta untuk periksa di laboratorium.
Hasil lab menunjukkan bahwa saya terkena rhematoid arthritis positif. Saya tanya apa itu rhematoid arthritis. Dokter mengatakan, bahwa penyakit itu adalah penyakit rematik yang belum diketahui penyebabnya dan belum ditemukan obatnya. Sekalipun dokter memberikan semua obat rematik, tidak akan berpengaruh terhadap kesembuhan saya. Obat-obat rematik itu hanya bersifat meredakan rasa sakit sementara.
Hancur saya mendengar penjelasan dokter. Tak pernah terpikir dalam benak saya akan mengidap penyakit ini. Tapi saya tidak putus asa, yang menentukan adalah Allah.
Lama kelamaan saya benar-benar tidak bisa jalan lagi. Akhirnya tangan dan kaki saya ditekuk ke belakang agar tidak terlalu terasa sakit. Praktis, sejak tahun 1987 saya tidak dapat berjalan lagi. Jangankan berjalan, bergerak saja saya sudah tidak mampu. Mulai saat itu, saya hanya bisa terbaring sepanjang hari.
Meskipun tidak dapat berbuat apa-apa, saya ingin tetap merasa berguna. Saya ingin sekali mengamalkan ilmu yang saya dapatkan. Sampai datang seorang anak yang minta diterangkan kalau ada PR. Ya saya terangkan. Setiap hari dia datang. Lama kelamaan dia bawa teman. Kadang sekali datang bisa sampai 10 orang, mereka datang ke kamar saya yang ukurannya hanya 2x3 meter. Dari pagi sampai malam mereka datang silih berganti. Saya sering menangis kalau anak-anak sudah pulang. Sepi sekali rasanya, tidak ada teman lagi.
Selama ini, yang mengurus saya adalah ibu. Entah itu memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, memberi minum, dan berbagai macam keperluan saya, ibu lah yang sehari-hari membantu saya.
Kadang kalau ibu tengah membersihkan kotoran saya, hati saya menjadi sedih. Setiap hari saya memintaa maaf kepada ibu, karena telah begitu merepotkannya mengurus saya.

...... (baca selengkapnya di Majalah Tarbawi edisi 218 pada rubrik Dzikroyat)
Selama ini yang mengurus Een adalah ibunya. Kadang tetangga pun bergantian membantu segala keperluan Een
Di dalam catatan ini : Yenni Siswanti, Sulthan Hadi, Dewi Indriana, Dewi Indriani, Purwanti Sumayyach, Usman Alfarisi, M Lili NurAulia Full (catatan), Abdillah N Isnaini, Hubbul Walidainy, Asep Rahmat, Rahmat Nugroho
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Syah Dasrun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger