Itsar itu...


Seri Ke-2

Begitulah ketetapan hati ini. Begitulah kokohnya azzam ini. Keharusan yang melanda sebuah hati yang sebenarnya menyimpanan ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam atas hati-hati luar itu. Mendesak, terlalu letih menghiasi dan mengerucutkan perasaan.
Dicurigai, dikhianati, ditusuk dari belakang adalah hal-hal yang sedikit banyak menggoncangkan perasaan. Keanehan perasaan itu melambangkan bahwa itu tidak baik,tidak berperasaan, tidak sesuai dengan fitrah jiwa itu. Terbaik bagi orang lain adalah impianku, biarlah lelah dalam menyikapi mereka, cape dalam suudzon mereka. Asalkan mereka mendapatkan kehidupan, karena aku berharap ada sesuatu yang beda dari mereka. Itu saja cukup!!!! Ketergoresan hati yang selama ini terpendam dibiarkan begitu saja, itupun cukup untuk membayar sakitnya hati ini, jika perjuangan selama ini Allah mengabulkannya.
Kesedihan hati jika ketika kita dan aku mendapatkan peluang kehidupan, ternyata yang mendapatkan peluang itu adalah aku, tanpa atau tidak mereka. Bukannya tidak bersukur, tapi sungguh mereka lebih aku cintai daripada peluang kehidupan itu. Pilihan-pilihan itu sebetulnya akan kujalani dengan diriku, tidak aku sertakan mereka. Tapi setiap kali aku tidak menyertakan mereka, hati ini teringan kepada mereka. Entahlah…semakin aku pergi meninggalkan, semakin itu pula ingatan mereka begitu kuat.
Dan akhirnya peluang kehidupan itu aku berikan kepada mereka, dengan tidak ragu-ragu. Bukan berarti aku tidak bersyukur, buka aku tidak mempedulikan peuang itu, bukan aku tidak segera menjawab panggilan Allah,,,,tapi ini berbicara tentang Itsar (mementingkan orang lain) aku jauh terlempar dalam dimensi untuk orang lain, bukan hanya dimensi diri sendiri.
Tapi ternyata, diri ni terkadang begitu lemah dan tidak berdaya ketika tiba-tiba mereka menyerangku. Mencurigai aku, menyakiti aku. Aku seolah-olah tidak bisa begitu kuat menghadapinya. Begitu tidak terkontrol hatiku yang bergetar hebat, begitupun detak jantungku. Jika saja aku mengharapkan materi atau pujian dari mereka atas batu loncatan mereka melalui aku, maka aku segera membantah mereka. Akupun segera menghardik mereka, dan akupun segera menceritakan itu semua
Tapi tidak…..
Aku biarkan itu terjadi, walau setiap saat sebenarnya aku sudah tidak kuat. Aku biarkan mereka dengan wajah seolah-olah tidak tahu terima kasih dengan balasa senyum aku yang khas. Itu sudah terlalu cukup untuk mengahadang mereka ataupun sikap aku yang hanya tampak lahiriah saja. Sumpah serapah, kata-kata kotor atau sikap menyakiti sebenanrnya bukan ideologiku.
Berjalanlah sesuai denga petunjuk…berjalannlah sesuai dengan waktu. Sampai sahabat-shabat itu mempunyai kehidupan itu. Walaupun aku belum mendapatkannya. Kiranya aku ingin mereka sukses di kehidupannya dan suatu saat mereka menyadari bahwa aku tidak terlepas dari urusan kehidupan mereka. Kemudian menyesal dan akhirnya aku berharap banyak dari sesuatu yang terakhir bagi mereka. Berdo’a untukku…. Ya hanya itu. Doakanlah aku supaya terlihat secercah cahaya kehidupannku yang terhampar pelbagai kenikmatan yang membuat jiwa ini begitu tenang. Doakanlah aku menjadi hamba Allah, tentara Allah, yang siap kapan saja Allah membutuhkan aku.
Aku berharap supaya mereka berdo’a untukku, dengan sebenar=benar do’a

Ya Rabb, sungguh jiwa ini terlalu kerdil untuk berharap banyak kepada-Mu
Sungguh jiwa ini terlalu lemah untuk menginginkan sesuatu dari-Mu
Siramkanlah rasa ridho dalm diri hamba untuk menikamati perjalanan ini
Kuatkanlah hamba ketika hamba goyah dan lemah
Hamba ingin merasakan indahnya memberi kepada orang lain
Kokohkanlah jiwa hamba yang terlalu banyak cercaan, hinaan, celaan yang datang bertubi-tubi
Dan berilah jalan bagi hamba untuk terus membantu, terus menasehati orang lain
Karena, aku begitu mengaharapkan-Mu. Janji-Mu begitu membuat aku semangat dengan semuanya.
Kasih sayang-Mu begitu mengcengkram hati hamba sehingga hamba selalu merasaknnya
Karena, hamba sangat takut dengan keadaan suatu hari, suatu proses dan suatu jalan akhir bagi setiap makhluk hidup.
Hamba tidak tahu, apakah surga ataukah neraka yang pertama mencicipi tubuh munafik ini…
Sehingga….
Ini tawasul ibadah hamba yang teharapkan
Mudah-mudahan atas ini, banyak menolong hamba di hari keadaan itu.
Ya Rabb, ampunilah aku ini…!!!
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Syah Dasrun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger