Tekad yang membaja


Betapa banyak kemauan seseorang itu hancur berkeping-keping. Keinginan mereka jauh melampui perjalanan sampai akhir dalam muatan maksimal. Keinginan itu muncul bersama peresapan oleh panca indra kita, dengan ukuran realita dan kenyataan yang ada. Relita itu pasti berpengaruh dan menyisakan ruang hampa yang harus mereka kejar. Jika ternyata keinginan mereka sama dengan kenyataan yang ada didepan mereka, maka jalan untuk merealisasikannya adalah pergerakan itu.
Tipe yang selalu dibawa manusia bermuara dalam dua hal, keinginan baik dan keinginan buruk. Penilaian baik dan buruknya tergantung kepada bagaimana kondisi hatinya saat itu. Dan hati sangat tergantung terhadap muatan-muatan isi hati itu. Hanya keimananlah yang sanggup menyaring pikiran-pikiran yang nantinya akan masuk ke hati yang berakhir dengan penilaian terhadap baik dan buruknya.
Saya rasa dan menuntut kepastian, semua orang menginginkan kebaikan. Tidak ada satu pun menginginkan keburukan kecuali syetan dan bala tentaranya. Tapi saya meragukan tentang tahap selanjutnya dari keinginan itu. Semua orang ternyata tidak paham dan tahu bagaimana proses mendapatkan kebaikan itu. Bagaimana karakteristiknya, jalan-jalannya, hambatan-hambatannya, dan perjuangannya.
Syukur kita kepada Allah SWT yang senantiasa menjaga kita di dalam area ini…..
Memang keinginan itu adalah syarat mutlak dari kesuksesan. Karena tidak mungkin kita sukses dalam suatu hal tanpa didasari oleh keinginan. Keinginan dikatakan niat dalam lingkupan kehidupan. Manusia mencukupkan dirinya dengan modal keinginan itu seraya berlepas tangan menunggu keajaiban-keajaiban datang setelah itu. Tapi keajaiban itu datang ketika manusia itu berproses, manusia itu berjuang, manusia itu menciptakan karya yang nyata untuk kehidupan.
Namun, keinginan itu satu dari satuan rukun-rukun kesuksesan. Sebuah keharusan dalam perjalanan. Tidak banyak manusia yang menyadarinya atau banyak dari kita yang tidak sadar disini. Sesungguhnya keinginan itu energy yang menyimpan kekuatan yang dahsyat yang tersimpan dalam hati. Jika yang dikatakan energy itu ketika ia memaksa keluar, maka keinginan itu harus menjelma menjadi sebuah rukun yang terjadi selanjutnya. Karena keinginan itu masih berupa sifat informasi yang manusia terima, maka diperlukan instrument yang menghantarkan ia kedalam hati. Ketika ia menyusup dan bernaung diwilayah hati, maka menjelma menjadi TEKAD.
Jika keinginan hanya bisa menasehati untuk bergerak yang itupun tergantung dengan bagaimana kemauan fisiknya, tapi tekad bisa memaksa fisik itu sehingga terciptalah jiwa-jiwa yang berkarya luar biasa. Anda lihat betapa banyak orang-orang yang secara fisik tidak kuat, malah mereka menciptakan sejarah-sejarah kecemerlangan mereka. Itulah energy yang ada pada TEKAD itu. Bahkan tekad bisa merubah situasi lingkungan yang tidak mendukung menjadi sebaliknya. Walaupun tidak, setidaknya lingkungan itu hanya bisa melihat dengan pahit karya-karya yang dihasilkan oleh tekad itu.
Inilah yang sebenarnya yang saya ingin utarakan kepada keluarga Allah, Para penghafal Qur’an…
Memang manajemen, keadaan lingkungan yang seolah-olah membuat pesimis kita, seolah-olah membuat kenyakinan bahwa kita memang harus kalah. Tapi ketahuilah, itu hanya akan MENGHANCURKAN KEINGINAN saja!!! Namun jika ternyata kita benar-benar kalah disini, maka dapat disimpulkan bahwa kita keinginan kita belum membuahkan azzam/tekad. Walaupun engkau sering mendengar, mengkaji tentang al-Qur’an, keutamaannya, manfaatnya, tapi jika tidak dibarengi dengan tekad, maka betapa tentang al-quran itu hanya sebagai dongeng untuk tidur, habis itu lupa dengan semuanya yang akhirnya kita berhenti melangkah.
Berapa banyak orang yang lebih memilih tidak meneruskan hafalan hanya beralasan ingin muroja’ah yang sudah hafal???
Berapa banyak orang yang mengurung diri di suatu lingkungan karena ketakutan mereka terhadap kemaksiatan yang berdampak Quran itu lari darinya??? Padahal banyak sekali dari luar ingin merasaakn kenikmatan itu.
Sesungguhnya manusia memang memiliki alasan-alasan yang mereka buat. Alasan-alasan itu tidak perlu dijawab dan waktu sendiri yang menjawabnya. Karena lihatlah, penghafal yang menolak kedua opini itu adalah mereka yang berhasil dibandingkan mereka yang ngotot mendukung opini itu!!! Dan menurut saya, itu hanya alasan untuk tidak berdakwah. Na’udzubillah!!!
Kenyataan yang terjadi saat ini adalah dengan keadaan lingkungan yang tidak mendukung, malah mempertanyakan tentang keutamaan qur’an itu, malah timbul keragu-raguan yang ditimbuilkan oleh syetan dan berakhir dengan berguguran dijalan itu. Mereka hanya berkomentar tentang masalah itu, berkata buruk terhadap itu, dan menggunjingnya. Dalam kelarutan itu, mereka malah melupakan setoran dan murojaah, melupakan tadabburnya, dan melupakan amalnya. Dan itu Nampak ketika mereka malah enggan untuk berbicara seputar tahfidz, seputar quran, karena mereka berpendapat bahwa ketika mereka ingat itu, mereka ingat pula hal lainnya….
Menjauh dari seputar itu, malah enak dan nyaman berbicara tentang cinta, memilih untuk mengenal lebih dalam, senang ketika mereka sedih, dan memilih untuk terkuras energy demi itu. Pelarian yang lain adalah mereka bercanda, tertawa yang terlalu berlebihan dalam ukuran syariat. Mereka menjauh dengan orang-orang yang khusyu dengan Al-quran, menjauhinya, dan lebih akrab sekali dengan orang biasa.
Itulah penyakit yang terjadi saat ini, jangan terlalu menyalahkan ornag lain. Manajemen, lingkungan dari luar…tetapi evaluadi diri tentang diri kita. Apakah kita terkena penyakit itu. Dan berusahalah untuk mengobatinya,karena banyak sekali mereka berdiam diatas penyakit itu tanpa berusaha untuk melawan. Dan yang paling fundamental adalah kita lemah dalam tekad.
Saudaraku….
Perjalanan ini terlalu mulia sekali untuk berniat untuk berhenti, berhenti untuk melangkah…
Perjalanan ini terlalu berharga untuk kita tinggalkan…
Peerjalana ini bersyarat gudang keemasan untuk tidak kita warisi.
Rubahlah keinginan untuk menjadi hafidz dengan TEKAD MENJADI HAFIDZ. Jika perkataan ini benar adanya, maka kita akan lihat betapa hal-hal apapun yang memberatkan kita tidak berpengaruh apa-apa. Hal-hal itu akan lemah dengan sendirinya dan akhirnya mereka menjauhkan diri.
Saudaraku…
Penghafal hebat dan sukses itu tidak diukur dengan cepat dan lancarnya suatu proses penghafalannya. Tetapi ditentukan dengan sejauh mana kita tetap istiqamah berinteraksi denganya. Jika kita dihadapkan dengan kenyataan pahit, lebih baik seseorang yang lamban dan tidak lancer dalam hafalannya tetapi berusaha untuk memperbaikinya, berusaha untuk menghafal ulang yang lupa. Daripada pengahafal yang lancar, sehabis itu mereka jauh dari quran, jarang tilawah dan sedikit sekali berusaha untuk memahami ayat-Nya.
Kuatkanlah tekad dan bertawakallah….!!!
Semoga Allah merahmati ,tetap memberikan kekuatan dan menjaga keistiqomahan kita dalam berkarnya.
Semangat…Allahu Akbar!!!


(ditulis ketika mengingati teman-teman penghafal…19 mei 2010)
Share this article :
 

+ komentar + 2 komentar

29 Juli 2010 pukul 08.01

Aamiin...
smg x ni azzam tu bnr2 tertanam kuat dlm hati...
Insya Allah
Bismillah

1 November 2010 pukul 20.00

I get the point. that is TEKAD. and more than TEKAD

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Syah Dasrun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger