Saya pun harus belajar dari tikus

Dan sayapun harus belajar dari tikus.

Rasanya, hewan yang pernah saya temui dan yang paling saya takutkan adalah tikus. Pasalnya, setiap kali saya melihatnya, tubuh saya gemetar dan saya langsung mengeluarkan ekspresi. Entah berteriak keras atau lari. Namun, agaknya saya diuji oleh Allah atas kesabaran ini, karena di rumah sendiri banyak sekali tikus yang membuat stres keluarga saya, termasuk saya. Tikus itu mengganggu dan mengusik ketenangan yang ada di rumah.
Barangkali kita juga menemukan mereka di rumah masing-masing. Dan tentunya kita semua akan sepakat untuk mengusir tikus itu. Namun, tikus akan selalu ada dan tetap ada selama ada rumah di dunia ini. Mungkinkah Allah mengirim tikus ke rumah kita untuk menguji dan supaya kita mencari hikmah dibalik nama tikus itu. Ya, karena Allah tidaklah mungkin menciptakan sesuatu dengan sia-sia.
"....Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S Ali Imran : 191)

Di rumah saya tikus mnguasai daerah dapur dan ruang makan. Mereka akan beraktifitas pada malam hari hingga siang. Saya bisa melihat itu karena jejak yang mereka buat. Ada banyak kotoran-kotoran tikus ada disana-sini, banyak sesuatu yang berserakan di lantai, entah plastik makanan, maupun makanannya sendiri. Dan memang itulah pekerjaan mereka. Mereka amat gemar melakukannya. Makanya, makanan pada ditutup rapat-rapat; piring-piring, sendok, dan alat makan sedapat mungkin dibungkus ataupun ditaruh dilemari yang rapat supaya tikus tidak bisa membuat kita harus berpikir ulang untuk memakainya sebelum saya cuci ulang lagi, takut alat-alat itu disentuh ataupun dijilati oleh tikus itu. Betapa banyak makanan yang saya lupa untuk menyimpannya raib begitu saja, atau indomie yang saya ketika saya dalam keadaan darurat lapar ternyata bunkusnya sudah robek digigit tikus bahkan sampai ke mie-nya juga. Ada juga tempat nasi di rumah yang saya lupa untuk menutupnya terkena kotoran tikus yang panjang kecil-kecil ukuran kira –kira 1-2 cm. Dan seabrek sesuatu yang menjadi jejak yang ditinggalkan oleh tikus itu.
Umiku, mencoba mencari akses masuk tikus itu. Ternyata dipojok dapur ada yang berlubang yang menghubungkan ke bagian atap rumah. Karena tempat itulah sarangya tikus. Maka, ummi menutup yang berlubang itu, pertama memakai plastik atau kain. Tetapi ternyata, besoknya terbuka kembali. Bahkan kain itu disobek-sobek. Saya juga semakin tidak mengerti dengan itu. Ummi mencoba untuk menutup dengan menambal dengan kayu triplek. Namun apa yang terjadi? Itu juga dilubangin kembali. Saya semakin heran dengan keadaan itu. Dan yang kesekian kalinya umi menutup itu dengan ‘seng’, tetapi apa lagi yang terjadi? Alhamdulilah selama beberapa hari tikus tidak bisa masuk. Tetapi hari berikutnya tikus kembali membuat jejak di dapur dan ruang makan saya. Mereka para tikus tidak bisa melubangi ‘seng’ karena memang susah, tetapi mereka bertindak lain. Melubangi tempat lain!!!!. Alhasil, banyak lubang sana- sini. Ummi semakin putus asa dibuatnya. Apalagi saya, saya hanya berani untuk lari atau teriak saja kalau ada tikus. Yang meng’eksekusi’ tikus biasanya ummi saya dan adik saya Dzikri namanya.
Dan sekarang tikus mulai menguasai daerah ruang utama rumah saya. Ruang keluarga dan ruang tamu. Bahkan mungkin ke daerah kamar. Sebab, hari-hari terakhir saya mendapati di lantai ada kumpulan ‘neon’ yang sengaja saya kumpulkan ditaruh di atas pintu masuk dapur ternyata jatuh pdan pecah semua. Dan di dekat tv ada kotoran tikus yang bisa dipastikan itu kotorannya. Tikus itu mulai ingin menguasai daerah itu. Malang memang nasib saya, pasalnya dirumah kini hanya ada 2 orang penghuni, saya beserta adik saya. Selain itu pindah ke rumah kakek karena sakit-sakitan. Maka dari itu, saya harus tidak boleh diam dengan ‘kerjaan’ tikus itu. Saya harus melakukan sesuatu.
Dan akhirnya saya mulai berani untuk sekedar berteriak atau lari saja ketika ada tikus. Akses yang membuat tikus masuk ternyata dari ruangan mushala saya. Disampingnya ada pintu yang dulu buat masuk ke dapur daerah kekuasaannya. Tapi sekarang ditutup alias tidak dipakai lagi. Terrnyata, pintu itu dilubangi oleh tikus itu. Entah berapa lama mereka menlubanginya, karena pintu itu kan kuat. Kemudian saya menutupinya dengan disumbat yang berlubang itu dengan semacam kayu yang lunak. Namun besoknya ketika saya cek, kayu itu malah terjatuh. Dan memang tikus-tikus itu melakukan semuanya. Saya berpikir ulang, tadinya mau lebih ekstrim, namun tidak ada barangnya. Jadi saya menyumbat kembali dengan kain yang keras dan kuat. Dan sayapun berkata mudah-mudahan ini bisa menghambat dan membuat kapok tikus itu, yang akhirnya mereka tidak masuk lagi. Ternyata perkiraaan saya salah! Malah tikus itu membuat lubang lagi disampinya.!!!
Lantas kejadian itu mulai membuka kesadaran saya....
Adalah benar jika Allah menciptakan tikus itu bukan sia-sia, bukan main-main. Salah satunya adalah tikus itu mengajarkan saya sesuatu. Simpan dulu kerusakan yang ditimbukan oeh tikus itu. Sekarang saya akan berbicara tentang bagaimana saya belajar kepada tikus.
Tikus adalah hewan selalu optimis. Buktinya mereka bekerja tidak pernah putus asa ketika jalan yang mereka jalani dihadang, disumbat, ataupun ditutupi. Mereka akan terus mencari cara untuk menhancurkan sesuatu yang menghadangnya. Sayapun harus belajar dari tikus itu. Ketika saya memilih sesuatu jalan kehidupan, saya harus terus berada tetap dijalan itu walaupun banyak sesuatu yang menghalanginya. Sesuatu itu tidak lantas membuat saya pesimis dan berhenti, akan tetapi saya harus berpikir bagaimana caranya saya bisa menghancurkan itu.
Tikus mempunyai kesabaran yang sangat tinggi. Mereka begitu sabar dalam menjalankan misi tertentu. Mereka rela berlama-lama untuk membuat lubnag di pintu yang keras. Mungkin mingguan bahkan bulanan. Sayapun harus sabar dengan cita-cita yang saya kejar. Membutuhkan kesabaran yang ekstra. Karena kesabaran itu akan membuahkan hasil yang lebih indah daripada ketergesaan kita terhadap sesuatu.
Sayapun harus belajar kepada tikus tentang jalan alternatif bagi suatu jalan. Jika ternyata jalan itu benar-benar tidak bisa diakses lagi, maka tikus itu bukan diam dan berhenti. Malah dia tetap semangat mencari jalan yang lain. Maka, dibuatnya lagi lubang lain walau mereka berpayah- payah lagi dan akan memakan waktu yang sangat lama lagi. Begitupun dengan saya, jika benar-benar suatu harapan tidak bisa diperjuangkan lagi, maka saya harus mencari altenatif lain. Tetapi intinya harus tetap berpacu dengan harapan itu. Memutar balik jalam menuju harapan itu. Padahal jarak saya dengan harapan itu tidak sedikit lagi, maka saya harus memutar perjalanan saya, walau saya seolah-olah melakukan perjalanan itu dari nol lagi. Saya selalu teringatkan oleh perkataan yang mengatakan bahwa Allah tidak melihat hasil, tetapi Allah melihat prosesnya.
Dan masih banyak lagi sesuatu yang mengharuskan saya belajar dari tikus itu.

Saudarku...
Semua ciptaan Allah itu sekali lagi tidak sia-sia. Walaupun kelihatannya tidak mempunyai manfaat secara nyata, tetapi Allah memberikan manfaat secara batin. Maka, tidak da alasan lagi bagi kita untuk belajar dari manapun dan kapanpun. Kepada siapa saja, kepada apa saja. Kita tidak pernah akan terhina jika kita belajar pada siapapun, walaupun orang yang paling hina sekalipun.
Tetap belajar, dan tetap semangat!!!
Share this article :
 

+ komentar + 4 komentar

Anonim
10 Maret 2011 pukul 23.27

iya beneer banget. di rumah saya juga seperti itu. tp tidak separah ente, he...
salam kenal ya

hudzaifah
10 Maret 2011 pukul 23.28

he...benar banget akhi.
Allah Yubaarik fiik

24 Agustus 2012 pukul 13.01

makasih nih info,a,,
Saya jadi terinspirasi,, :D

Erni
2 Desember 2013 pukul 19.35

iya ya tikus itu sgt nyebelin bgt...semua d rusak...:)

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Syah Dasrun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger